Yuppi Tahun Baru !

4 komentar
Ada yang ingin moment -moment tahun baru kali ini bisa dinikmati dengan hati yang plong?

Menikmati sesuatu merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan konsentrasi, dan tentu saja ketika konsentrasi ini mulai terbentuk kita akan menjadi pribadi-pribadi yang "fokus".

Jalankan dan atur langkah kita, impian kita melalui tahapan2 yang sederhana, sehingga kita akan bisa menikmati proses perubahan impian menjadi kenyataan dan menjadikan setiap langkah fokus pada tujuan.

Selamat Menyambut Tahun Baru 2010, dan Selamat Tinggal Tahun 2009.

Jesus Love Us.

5 tahun Hidup Bersama

2 komentar
 Tanggal 26 Desember 2009 kemarin, kami baru saja menghayati 5 tahun usia pernikahan kami, tidak ada yang istimewa, tidak ada nasi kuning seperti yang kami lakukan pada usia pernikahan kami 1.2.3.4.Namun ada satu hal yang membuat kami terhenyak, sejenak berhenti, dan menyepakati sebuah impian, sebuah harapan baru yang menjelang, KAMI HARUS BERUBAH !
Tidak bisa dipungkiri bahwa DIA memberikan waktuNYA yang paling tepat, yang paling indah untuk kita jalani, tidak dapat dielak perjalanan kehidupan membawa kami masuk dalam suatu jenjang untuk belajar dan terus belajar memaknai kehidupan berkeluarga yang dewasa secara jasmani dan rohani. Luar biasa, sahabat.
Perjalanan asmara kami berangkat dari suatu “keajaiban” yang Tuhan berikan, berangkat dari motivasi yang benar dari orang-orang yang perduli terhadap kemajuan, orang-orang yang mau berempati terhadap perasaan orang lain, (Mas M,Mbak G ).Dan mereka diutus untuk membuka mata hati saya, melihat dari luar pikiran saya, keluar dari zona kenyamanan yang selama ini membungkus rapat pikiran saya.
Kenyataan lebih indah dari khayalan, bahwa apapun yang terjadi kenyataan adalah peristiwa yang mau tidak mau kita jalani dan kita lakoni, kita tidak bisa menghindar dari kenyataan, dan inilah yang mengingatkan saya kembali arti dari perjuangan untuk berani hidup,berani berkorban untuk sesuatu yang kita yakini.Khayalan akan memberikan motivasi bagi kita untuk meraih impian, memberikan motivasi yang benar dalam menggapai cita.
Semenjak perkenalan kami, kami mengambil sebuah keputusan : BERTUNANGAN, dan betapa sambutan pertunangan kami diterima dua belah pihak dengan suka cita.
Bagian ini merupakan awal dari keputusan-keputusan besar yang mengiringi langkah kebersamaan kami dan banyak sekali kesaksian yang memberikan kekuatan bagi kami bahwa dia adalah tulang rusuk yang terhilang, dan kini ditemukan.
Lebih kurang 3 bulan kami bertunangan kami membuat keputusan besar lagi, MENIKAH. Luar biasa, semua tidak terlepas dari peranan orang-orang yang memperhatikan masa depan kami ( Mas M, Mbak G, Mbak W, Mas E, Eyang G, Bpk S ).
Banyak perubahan dalam kehidupan yang saya jalani, sampai pada akhirnya kami diberikan keputusan besar oleh DIA, untuk menerima momongan, anak kami yang pertama lahir AGAPE, berkat yang luar biasa, meskipun masih teringat kenangan sedih ketika kakak saya Mbak W mengalami musibah, dan satu pelajaran yang dapat kami ambil kalau harta masih bisa dicari meskipun sedang tertimpa musibah, luar biasa untuk keiklhasan beliau.
Tahun demi tahun kami lewati di sebuah pulau di Riau, dan kali ini keputusan besar yang kami ambil adalah MENGUNDURKAN DIRI dari perusahaan yang membesarkan kami.
Dan akhirnya kami hidup bersama selama 2 tahun terakhir ini di pulau Jawa.
Masih banyak rencana-rencana ke depan kami, masih panjang jalan yang akan kami lalui, namun saya berharap itu semua adalah rancanganNYA bukan buah pikiran kami sendiri, dan kami ingin agar kami sekeluarga dapat dibentuk sesuai maksud Nya saja.
Pengalaman 5 tahun bersama, adakah sahabat yang punya “keajaiban” bersamaNya?

Renungan

2 komentar
Hujan, panas, mendung, terik, dan tentu saja masih banyak pergantian dan perubahan musim yang secara nyata menghiasi kehidupan kita, bersyukur karena kita masih diberi kesempatan untuk mengaplikasikan sesuatu yang ada dalam diri kita untuk kebaikan dan kebenaran.Terkadang, dalam perenungan saya satu hal yang pantas untuk direnungkan, sudah sejalankah kehidupan kita dengan apa yang dimau olehNya?Meskipun kita tidak pernah tahu, satu detik sekalipun langkah yang akan kita buat.

Hari berlalu dengan cepat, waktu bergulir dengan pasti, meninggalkan ribuan bahkan jutaan langlah dibelakang kita,apa yang menjadi harapan kita? Apa yang menjadi tujuan kita ?

Merenungkan itu penting, ambil sejenak waktu, fokuskan ke dalam lubuk sanubari kita, dan rasakan, bisikan2 suara hati......

Singkat, 12:58

Catatan Kecil ( Bijaksana )

6 komentar

Angkutan kota itu hanya ditumpangi oleh beberapa orang saja, sementara anak saya duduk di belakang sambil bernyanyi,  ibunya sedang memeperhatikan percakapan antara dua orang ibu yang sama – sama naik ke jurusan yang sama.


Seorang ibu yang berprofesi sebagai pengumpul barang bekas, seorang  pemulung, tengah bercakap-cakap dengan penumpang di sebelahnya.

Susah ya bu, cari barang bekas, sekarang ini…”

“Apalagi sekarang, banyak yang jadi pemulung dadakan, cari rosok saja pakai mobil, pakai motor…”jawab si ibu pemulung.


Memang, kalau kita perhatikan dilingkungan kita, pemulung era sekarang lebih maju, mereka keliling dengan menggunakan mobil, motor, dan tentu saja dengan hasil yang berlipat dibandingkan dengan pemulung yang hanya berjalan kaki.

“Tapi, Gusti itu tidak pernah tinggal diam lho,bu, yah meskipun semakin banyaknya pemulung pake mobil dan penghasilan saya jelas jadi berkurang, namun kok ya, saya masih dapat jatah, saya masih diberi rejeki, masih cukup buat hidup” kata si ibu pemulung.

“Gitu ya, bu?”

“Ya…..mbok wis ben (biar sajalah), mereka kan juga cari makan, tapi ya itu tadi meskipun begitu, saya masih diberi bagian kok, kabeh kan wis diatur karo sing Nggawe Urip,” sambungnya lagi.


Bijaksana.Itulah yang diungkapkan oleh istri saya, bagaimana tidak, ditengah sengitnya usaha manusia mencari uang, penghasilan, yang munculnya persaingan usaha, sikut sana-sikut sini, ternyata masih ada orang yang mau mengalah, orang yang menyadari, orang yang mau mengerti kehendakNya, bahwa Dia memberikan yang terbaik bagi umatNya, memberi bagian yang pantas ia terima.Ucapan apa adanya dari seorang ibu pemulung merupakan bukti bagaimana dia bisa menerima dengan positif kehidupan yang tengah dijalani.


Salam

Instan ?

13 komentar
Pernah mendengar kata instan?
Banyak produk-produk instan bertebaran disekitar kita dan kalau diperhatikan, ke”instan”nan tersebut ditawarkan untuk memudahkan kita dalam menggunakan atau memanfaatkannya.
Sebut saja mie instan.Sekali kita membelinya, kita dengan mudahnya dapat segera menyantap hidangan mie dengan berbagai aneka rasa, mau yang goreng atau yang rebus.Juga beberapa produk lain.Tidak ketinggalan pula produk-produk instan selalu dibumbui dengan kata-kata mudah, praktis,lebih hemat,dan bahasa – bahasa promosi lain supaya kita dianjurkan untuk cepat-cepat memakainya.

Beberapa tayangan di seputar dunia maya kita, internet, juga banyak ditawarkan produk-produk instan, dan yang sering ditawarkan adalah bagaimana untuk cepat kaya.Kaya dengan cara instan.Tanpa susah-susah sudah dapat penghasilan ratusan ribu, jutaan, bahkan sampai puluhan juta.Dan mungkin saja, “peluang” ini dijadikan ladang emas yang menggiurkan bagi mereka yang ingin merubah nasib.
Semua yang serba instan begitu menawan, mempesona.

Pada akhirnya topik instan ini menjadi perdebatan hangat dalam forum diskusi kami beberapa hari lalu, dan yang menjadi pokok pikiran adalah instan yang bagaimana?

Maskipun instan, tetap ada waktu,tetap ada proses, tetap ada tahapan-tahapan yang harus dijalani, dan sangat mustahil ( setahu saya ya ) ketika kita menggunakan produk-produk instan ini kita langsung hap hap hap memakainya, kecuali kita “kepepet/sorry : ngragas”,ya kan?Mie instan tadi di rebus dulu, diberi bumbu, baru disajikan, dan hasilnya adalah mie dengan aroma yang menggoda.Hasilnya enak bukan?Ya iya lah,enak.
Instan menjadi kaya, tetap ada tahapannya, buka rekening ini dan itu, setor ini dan itu, hasil ini dan itu, cara kerja ini dan itu, dan semua ini dan itu pasti memakan waktu, pakai proses, ya kan?

Dan ternyata semua harus diawali dengan satu hal yang namanya kerja.Tidak mungkin kita memetik hasil kalau kita tidak melakukan sesuatu.

II Tesalonika 3:10
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

Untuk itu, wajib kita renungkan, seenak apapun,semudah apapun, sesukar apapun yang kita lakukan dalam setiap pekerjaan kita, akankah lebih baik kita syukuri dan kita nikmati saja?

Dia pasti tahu, apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan kita saat ini dan tentu saja disediakanNya bagi kita yang percaya.

Salatiga, subuh 05:23

BERKUNJUNG

10 komentar
Beberapa bulan lalu, kan ada moment lebaran. Saya jadi ingat sebuah tradisi yang mewarnai lebaran itu, tradisi berkunjung atau saling mengunjungi.

Di tempat kami, tradisi itu sangat kental sekali, apalagi keluarga kami sebagian besar tinggal di daerah pedesaan, acara berkunjung itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan di hari Lebaran.Ketika berkunjung itulah, kita jadi tahu, siapa dan bagaimana saudara- saudara kita, sekarang tinggal dimana, dan mungkin beberapa pertanyaan seputar kabar mereka paling tidak membuat kita mengangguk-angguk. ( coba direnungkan! )

Meskipun beberapa tahun di tanah orang ( Sapat – Riau ) , pengalaman berlebaran tidak jauh berbeda dengan di Jawa, tradisi itu juga berlaku.
Ada sedikit cerita tentang lebaran di tanorang (bc : tanah orang ) tersebut, biasanya, pada saat Lebaran tiba, Uwak ( Pak Man Alm.)*) pagi-pagi benar jam 05.00 WIB mengetuk pintu rumah kami, memberikan makanan khas Banjar,lengkap, opor ayam, rendang daging, lontong kupat, krupuk sendhok, dan yang lebih kami tercengang adalah porsinya bisa dimakan selama seminggu. Banyak sekali bukan? Dan kebiasaan kami, sehabis mereka sholat Id, kami pun bertandang dari rumah ke rumah di sekitar lingkungan.Di Sapat ada tiga komposisi masyarakat dominan, Bugis,Banjar, dan Jawa, maka dari itu kalau di lihat dari sisi makanan tradisionalpun otomatis ada 3 jenis, dan tentu saja kami tidak ketinggalan mencicipi makanan ala Bugis seperti jenis lepet, ketan hitam, jadah, nasi ayam, makanan ala Banjar, dan tentu saja makanan Jawa tulen, opor ayam kampung. Kebanyakan makanan itu disajikan dalam satu baki-satu baki, dan satu baki tersebut dimakan 3-4 orang.
Bertandang atau berkunjung itu membuat suasana menjadi akrab selain efek positif nya : kekenyangan makanan. ( ha ha ha )

Tidak mengherankan, mengapa tiap tahun ada tradisi mudik, salah satu faktornya adalah pingin kumpul bareng, kangen keluarga, kangen masakan rumah.

Nah, mungkin tidak salah ya, demikian juga dengan komunitas kita, dunia blog katakanlah begitu, kegiatan blogwalking, identik juga dengan saling berkunjung, artinya apa, kita mengunjungi blog-blog teman, menyapa tulisan-tulisan mereka, meninggalkan kesan, komentar, dan apresiasi kita terhadap salah satu hasil karya mereka, entah itu tulisan atau gambar, menjadikan blog yang kita kunjungi menjadi hidup, menjadi “ramai”, lebih berarti dan memberi nilai lebih, membuat pertemanan di dunia maya semakin erat.Apalagi ketika teman-teman baru dengan status masing2 mulai memberikan komentar, pastinya kita pun juga akan membalas komentar tersebut dengan mengunjungi blog-blog mereka bukan?
Dan satu hal lagi, ketika kita dipertemukan bukan hanya dari dunia maya, tapi di dunia relitas kita, hmmm, kopdar, pastinya lebih punya arti per”kunjungan” tersebut.

Selamat berkunjung!

*) Pak Man : beliau disebut uwak, dituakan dan disegani di kampung.

Harus Tahu Dulu

2 komentar
Mengapa terkadang kita lupa akan satu hal ini.Tapi apakah demi gengsi saja, hal ini terlupa?

Sore itu saya berkunjung ke rumah teman, ceritanya mengambil tagihan listrik yang belum lunas.Tidak ada maksud apa-apa, setelah ngobrol ngalor ngidul barulah ada makna yang saya simpan untuk bekal tema tulisan saya kali ini.Sederhana saja, temanya harus tahu.

Dia mendapatkan order dari tempatnya bekerja, pembuatan ornament atau pernik-pernik cinderamata untuk Australia.Sungguh, penantian yang tidak sia-sia.Kesibukannyapun bertambah, dan tentu saja dia tidak mau melewatkan kesempatan emas yang (mungkin) tidak akan datang kali yang kedua.

Pelajaran yang menarik, dan ada kemungkinan ada diantara Anda yang juga seringkali mengalaminya.Pertama kali dia dididik untuk membuat sampel, mulai dari pencarian bahan, mengenal kualitas bahan, menggambar motif, design,  proses pembuatan cinderamata tersebut, hingga finishing product.Tentu saja hal itu membutuhkan sebuah semangat yang luar biasa.Bayangkan saja, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak paham menjadi paham.Proses itu terus dijalani hingga akhirnya membuahkan hasil.

Ada satu alasan yang disampaikan, kenapa kita harus melalui tahapan-tahapan itu.
Jawabnya sesuai judul : harus tahu dulu.

Dengan turunnya order, otomatis pekerjaan semakin banyak, butuh orang-orang yang bisa membantu kita.Untuk dapat memperkerjakan mereka dengan benar, kita harus memberi contoh, memberitahu, mendampingi, supaya hasil kerja mereka tidak sia-sia dan sesuai dengan grade yang ditentukan.Untuk dapat memberi contoh, memberitahu, dan mendampingi itulah,  kita terlebih dahulu tahu.
Dan coba bayangkan, dari satu menjadi lima, menjadi sepuluh, menjadi lima belas, menjadi dua puluh orang untuk satu pengetahuan yang kita punya.

Itulah hebatnya pengetahuan, itulah ampuhnya ilmu.Awal sari keberhasilan seseorang, karena dia punya ilmu, karena dia punya pengetahuan.Dan saya rasa pengetahuan ini tidak akan habis ditelan zaman.

Berbagi ilmu, sudahkah?

FESTIVAL MATA AIR Senjoyo - Salatiga

4 komentar

Doa

2 komentar
Serius benar, awak berpikir, ada apa? Sapa saya pagi itu kepadanya.”Ah, pak, ada yang ingin ku katakan, coba dengarkan…”


Mamakku sedang sakit, badan rasanya tak enak, sudah sepuh, ya,namanya juga orangtua yang sudah usia lanjut.Nah, dalam kondisi sakit seperti itu, kemarin, waktu aku berkunjung ke rumah, masih sempat dia nyatakan bahwa aku dan keluargaku selalu saja dia doakan, supaya diberi kelancaran dalam usaha dan rumah tanggaku.Aku termenung, pak.Aku baru sadar, bahwa ternyata mamakku tiap saat ingat aku dalam doanya, sementara aku?Jangankan ingat, dalam bersembahyang saja aku lupa mendoakan mereka.Bagaimana kalau mereka sudah “tidak ada” nanti, siapa pula yang akan mendoakan aku, pak?
Doa orang tua itu kan selalu manjur ya, pak…Aku masih ingat, dulu waktu keponakkanku terlibat masalah hutang piutang, orang tua mereka selalu berharap ada mujizat supaya si anak ini diampuni atas segala perbuatannya, dengan khusyuk mereka mendoakan anak ini, dan alhasil, berkat Tuhan, anak ini bisa terlepas dari jerat hutang, dan kembali menjadi anak yang bertanggung jawab.Demikian juga aku, pak…waktu ada masalah dalam kehidupanku, tak henti-hentinya aku didoakan, supaya aku bisa keluar dari kemelut masalahku, dan memang, aku bisa terjagai sampai sekarang ini, punya keluarga sendiri, punya anak yang lucu, wah…gimana ya pak, doa orang tua itu membawa kedamaian bagi anaknya.


Saya masih asyik mendengarkan ceritanya.


Berulang kali dia mengatakan, bagaimana dengan doa-doaku yang terlupa aku ucapkan untuk kedua orangtuaku, sementara mereka tiap saat mendoakan aku?


Doa…ya doa….tiga huruf yang tidak dapat terlupakan, dan hanya sebatas doa saja kita dekat dengan Tuhan, sebatas doa saja, kita menemukan kedamaian bersamaNya.


Akhirnya, saya katakan kepadanya bahwa dengan kesadaran yang sudah dimiliki saat ini, tidak ada salahnya bukan, mulai hari ini mendoakan orang tua kita.Dia memberikan kita banyak waktu untuk berdoa, dan hanya kita saja yang beranggapan bahwa waktu sangat berharga, demi siapa? Bisnis?Uang?Pekerjaan?Dunia?
Bukankah waktu yang diberikanNya sangat luar biasa?Sembahyang lima waktu yang mas lakukan, mungkin tak sebanding dengan apa yang telah Dia berikan.Bahkan seringkali kita hanya “menjalankan kewajiban” saja, tanpa tahu maknanya.Masih untung ingat, kalau tidak?
Saya tidak menghakimi lho, saya bicara dari fakta saja, saya melihat kehidupan disekeliling saya saja lho, jangan tersinggung…


Benar pak…benar yang sampeyan ucapkan…


Bagi saya, doa itu ya diibaratkan setiap helaan nafas saya, saya berbicara dengan hati saya sendiri, saya berbicara dengan Tuhan melalui hati, saya diberi pikiran untuk berkonsentrasi menghadap Dia pada saat-saat teduh, saat saya bisa menghayati kehidupan saya, biasanya malam hari, ketika anak dan istri saya tertidur, saya bangun, saya merenung, apa yang sudah saya terima hari ini?Terima kasih Tuhan, itulah ucapan yang sering saya katakan.


Bersyukur, itu salah satu kunci mendekatkan pada Dia. Mungkin kesulitan yang saya alami, kehidupan yang saya jalani tidak selalu mulus dan lancar, banyak godaan, tinggal bagaimana kita menyikapinya, mungkin pertanyaan saya, apakah kita hanya mau menerima dari Dia yang baik-baik saja?Tidak, kan?
Saya percaya bahwa Dia memberikan sesuatu indah pada waktuNya, sebagai contoh, meskipun saat ini kita sakit, maukah kita berpikir positif saja bahwa saat ini kita memang perlu beristirahat.
Sama halnya ketika kita tidak punya duit, maukah kita intropeksi diri bahwa ternyata saya boros dalam membelanjakan uang saya, atau saya kurang keras berusaha?
Ya kan?




Jangan kuatir, banyak yang mendoakan, mas.Semakin kita mengenang orang-orang yang membuat kita bisa seperti sekarang ini, percayalah, mereka menyelipkan setiap ucapan – ucapan doa mereka bagi kita, sama seperti halnya ketika kita berdoa buat mereka.


Setuju?


Dia mengangguk….tanda setuju.


Terima Kasih Tuhan, hari ini Kau terangi kami dengan kasihMu yang luar biasa.




Semarang, 20 Oktober 200

LAKUKANLAH !

0 komentar


Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.Lukas 6:31

Sesaat saya terdiam, ketika pertanyaan saya dijawab dengan satu alasan yang tidak masuk akal : saya mau resign, pak !
Memang, beberapa saat terakhir ini ada problem antara dia dan atasannya.Komunikasi tidak bisa jalan dengan baik, artinya harapan atasannya terhadap sikap dan pekerjaan tidak sesuai yang diharapkan.Konflik ini terjadi bukan saja antara dia dengan atasan saja ternyata, bahkan dengan rekan – rekan yang lain juga demikian.
Tentunya banyak faktor yang melatarbelakangi kejadian ini, dan sebut saja diantaranya, faktor watak, faktor usia, faktor pengalaman, dan juga pola interaksi yang terjalin.

Saya tidak akan mengulas bagaimana sebenarnya yang terjadi dengan dua teman kerja diatas, namun mungkin  kejadian tersebut menginspirasikan saya untuk ( paling tidak ) mengingat kejadian tersebut sebagai sebuah pengalaman berharga.

Perlu digarisbawahi, bahwa kita dijadikanNya, sesuai dengan gambarNya, bukan secara kebetulan, dan tentu saja setiap individu mempunyai keunikan tersendiri yang mungkin saja kita tidak dapat menyamainya.Kejadian diatas paling tidak mengisyaratkan pada kita keunikan individu yang tercemin dari watak, usia, pengalaman dan juga bagaimana menjalin pola interaksi antar sesama.Kalau saja ada keanehan dalam berkomunikasi, ada problem, ada masalah, tentu kita belum bisa memastikan bahwa ini salah si A, ini salah si B, dan jalan keluar yang terbaik adalah mempertemukan, mencari akar permasalahannya, dan mengambil jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak.Memang hal yang tidak mudah, masing-masing pasti bertahan dengan argumennya sendiri.

Benar ! Whats next ?

Awalnya memang demikian namun setelah dicapainya sebuah pengertian, dan tentu saja wajib dipikirkan selama libur panjang kali, keputusan pengunduran diri itu dicabut.Ada beberapa hal yang merubah pikiran itu, dan ketika saya tanyakan, maaf saya sudah membuat keputusan yang konyol ! demikian jawabnya.Tidak berhenti begitu saja, saya menambahkan, kalau kita mau diperhatikan, kita mau di”perhitungkan”, tolong,perhatikan juga orang lain.

Mengapa ?

Dalam sebuah tulisan saya yang lalu, judulnya “Mengasihi Musuh ? “, sungguh satu hal yang sangat bertolak belakang dari kenyataan, musuh kok di kasihani, buat apa?

Dalam Lukas 6 : 27 – 42 Yesus memberitahukan bagaimana kita harus hidup bersama dengan orang lain.Sebagai anggota perjanjian baru , kita wajib mengikuti tuntutan yang telah digariskan, mengasihi musuh bukan berarti mengasihi dengan kasih secara emosi, seperti menyukai musuh kita, melainkan menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap kebaikan dan keselamatan kekal mereka.Karena kita tahu betapa dahsyatnya nasib yang menantikan mereka yang melawan Allah dan umatNya, kita harus mendoakan mereka dan berupaya, dengan jalan membalas kejahatan mereka dengan kebaikan, untuk membawa mereka kepada Kristus dan iman kepada Injil. Mengasihi musuh bukan berarti berpangku tangan sementara para pelaku kejahatan terus menerus melakukan perbuatan jahat mereka, dan jika dipandang perlu demi kehormatan Allah , kebaikan atau keamanan orang lain, atau demi kebaikan akhir orang fasik itu, maka tindakan yang keras harus diambil untuk menghentikan kejahatan itu. ( Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan ).

Dan ternyata, ketika kita sudah bisa berempati terhadap orang lain, ada satu hal yang sungguh kita tidak sadari sebelumnya, buahnya akan kita rasakan, perhatian yang cukup dari orang lain kepada kita senantiasa ada.


17 Oktober 2009
Malam Minggu bersama Agape dan Ketut

BIS KOTA

8 komentar


Ku lari mengejar laju bis kota, berlomba-lomba saling berebutan, tuk sekedar mencari tempat yang ada, kucari dan terus kucari –cari, namun semua kursi telah terisi dan akhirnya aku harus berdiri, bercampur dengan peluh semua orang, dan bermacam aroma, bikin kupusing kepala….serba salah, napasku terasa sesak, berhimpitan, berdesakan, bergantungan, memang susah, jadi orang yang tak punya, kemanapun naik bis kota…( Mas Ahmad Albar-BIS KOTA )


Hem, salah satu transportasi andalan, dan saya merupakan salah satu penggemarnya, dan untungnya lagi, hanya beberapa menit dari rumah saya, saya sudah bisa menghentikan laju bis kota ini.
Semenjak kepindahan saya di Jawa, saya cukup royal dengan bis, artinya ke mana-mana saya selalu pakai bis.Bayangkan saja, dulu kalau saya mau ke kota harus merogoh kocek per orang 15 – 20 ribu rupiah, itu kalau hanya satu orang, kalau 2 orang, sudah 30 ribu, dikalikan dua sudah 60 ribu, dan itu baru ke kabupaten.Kalau ke propinsi mesti naik travel, kurang lebih 100 – 120 rb per orang, kalau 2 orang? Pulang Pergi ?
Sekarang, hanya dengan 6 ribu rupiah, 10 ribu rupiah saya sudah bisa melanglangbuana.

Pertama kali naik bis ke Semarang pada saat itu, saya kaget, kok hanya 5 ribu saja?Apa tidak salah?Saya tanya ke kondektur, memang ke Semarang tarifnya berapa? Gangsal Ewu,  Mas…( Baca : 5 ribu ).Saya tersenyum saja, murah eui! Pulangnya juga begitu, hanya ditarik ongkos 5 ribu.Seneng sekali rasanya.

Banyak ketemu orang-orang baru, apalagi satu tujuan, enak diajak ngobrol, jadi teman.Bahkan yang dulu satu komplek tidak kenal, jadi kenal, eh, malah ketemunya di bis, dan ternyata tetangga an, cuma beda gang saja, ei…bahkan satu almamater.Ada lagi yang nawarin jadi agen kartu perdana, akhirnya kontak-kontakan, dan saya jadi salah satu pelanggannya.
Lucu dan mengasyikkan.

Dukanya?Kalau pagi, berjejalan, berdiri, bergelantungan di pintu.Pernah saya alami, sudah harinya hari Senin, padat, semenjak menghadang tidak ada bis lewat, akhirnya terpaksa berjejalan seperti pindang.Dan fenomena itu saya perhatikan setiap hari, dan teman-teman yang menggunakan bis super padat juga tidak kapok2…memang sudah jadi kebiasaan, jadi dianggap normal-normal saja,mungkin.Safety first, jelas menjadi prioritas utama, jadi memang “terkadang” harus pilah pilih bis juga.Terkadang ada bis-bis langganan saya yang harus mogok dulu ditengah jalan, tidak tanggung-tanggung, hal yang sama juga dialami bis-bis itu dengan nama armada yang sama, entah kepanasan, ban bocor, atau sebab lain, sehingga mengurangi kenyamanan dan ketepatan waktu.Bis Patas saja, kalau tidak pesan dulu, sms dengan kernet atau kondektur, tidak bisa naik.Hal ini saya alami ketika sama-sama mau berangkat, dia bilang, maaf ya saya tinggal, saya sudah pesen kursi.Saya hanya ngedumel, sialan, kenapa gak bilang?

Banyak sekali pengalaman suka dan duka naik bis kota.Dan satu hal : perjalanan yang paling menyenangkan adalah perjalanan pulang ke rumah.Di dalam bis sudah terbayang, wajah-wajah orang-orang yang kita kasihi menyambut kedatangan kita.

Apakah bis kota ini menjadi andalan Anda?

Bis kota maksudnya : bis akdp ya?
Inspirasi Lagu, 01:24

Arti Persaudaraan

2 komentar


I Petrus  1:22
Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.

Baru saja saya pulang dari Cepu.Perjalanan yang menyenangkan bisa bertemu orang tua kami, satu hal yang mengesankan, kami diberi kesempatan untuk mengunjungi  makam Eyang Bidan, kemudian menginap di desa, merasakan suasana desa, dan pada akhirnya waktu juga yang membawa kami pulang ke Salatiga.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 5 jam, kami turun dari “bis bapak” di batas kota lama Salatiga (trimakasih Tuhan, sudah sampai dengan selamat ).

Sebaiknya beli nasi saja dulu, saran istri saya, ok lah sahut saya sambil mengiyakan tanda setuju, mampirlah kami di warung Cak Kumis.Mengingat sampai di rumah pastinya capek sekali dan tentu saja ingin benar-benar “istirahat”, sementara belum agda makanan yang siap santap.Kami putuskan membeli nasi goreng dua bungkus, dan setelah selesai kamipun bergegas pulang, kangen rumah.

Selesai mandi dan bersih-bersih, kami mulai bersantap.Namun beberapa saat santap malam kami terhenti sejenak…ada tamu.

Njanur gunung, kok kadingaren.Seorang saudara yang tinggal di blok dekat rumah kami datang berkunjung, dan kenapa njanur gunung? karena tidak biasanya beliau datang ke tempat kami.Tentu ada hal penting yang akan disampaikan, batin saya.Kedatangan beliau ke tempat kami ternyata menyampaikan pesan supaya jam tujuh nanti datang untuk acara rapat keluarga, lebih jelasnya dalam rangka pembentukan pengurus trah keluarga besar Eyang Martodihardjo.Singkat cerita, saya mengiyakan akan datang memenuhi undangan tersebut.

**
Bertemu dengan keluarga dari ibu saya, sesuatu yang sudah jarang sekali saya lakukan, istilah jawanya kepati obor, bagaimana tidak? Semenjak ibu wafat, komunikasi antar keluarga boleh dikatakan nyaris tidak ada, apalagi “dayung” diarahkanNya kepada saya untuk merantau ke daerah sebrang, rasanya semakin lama hubungan kekeluargaan itu menjadi semakin jauh.

MAKLUM, proses kehidupan terkadang menyita waktu  kita, entah itu berkaitan dengan pekerjaan, keluarga, usaha, atau hal-hal lainnya .

Baiklah, ketika sampai di tempat pertemuan, saya tercengang, ternyata banyak saudara-saudara saya yang masih saya ingat.Ingatan saya seolah-olah dikembalikan ke masa lalu, sama  ketika mendiang ibu masih ada.Beliau-beliau yang hadir memang sudah “sepuh”,  namun bentuk wajah beliau ini tidak jauh berbeda dengan yang saya ingat pada saat saya masih kecil.Supaya tidak salah, saya hanya bisa memanggil, mas, om, tante, atau bulik.Lucu sekali rasanya.
Sekilas juga diterangkan penjabaran silsilah keluarga, dan ternyata justru saya cucu yang paling tua, karena mendiang eyang saya, Eyang Toemiyati adalah anak mbarep, anak pertama.Jadi menurut beliau-beliau, saya lah cucu tertua.Wah, kok bisa begitu ya?

Pertemuan itu bagi saya sungguh berkesan, karena dengan demikian kami kembali dipersatukan dalam ikatan keluarga besar kami.Untuk pertemuan selanjutnya, pembahasan kepengurusan trah juga akan segera dilaksanakan setelah masing-masing dari kami menyerahkan “PR” berupa penyusunan silsilah keluarga.Ya, kita tunggu saja apa hasilnya.

**
Persaudaraan menurut saya bukan hanya di dalam hubungan darah antara orang tua anak,namun juga di dalam kehidupan kita di masyarakat. Pernah juga suatu saat saya diberi sebuah pertanyaan oleh sahabat : kalau saya nanti bisa datang di pertemuan yang diselenggarakan terus saya sebagai apa?
Pertanyaan sederhana yang saya sulit menjawabnya pada saat itu.Akhirnya saya jawab sebagai sahabat to…dia balas : hanya sebagai sahabat? Saya terdiam, maksudnya bagaimana ya? Kalau menurut saya saat itu, sahabat sudah menunjukkan urutan tertinggi dalam sebuah pertemanan.
Saudara, bukankah sebagai saudara? Saya jadi tercengang…Ya betul…sebagai saudara.
Saudara identik dengan satu darah, satu daging, tidak dapat dipisahkan.

Sekali lagi, jawaban sahabat, saudara, rekan sekerja saya yang satu ini, h memberikan makna yang mendalam dalam mengartikan persaudaraan yang sesungguhnya.

Salatiga, 30 September 2009


Ke Makam

0 komentar


Makam Swargi Ibu Sri Kasiati
Gunung Tengis - Padaan - Kab. Semarang






Cangkir

3 komentar


Dari khotbah yang disampaikan pagi ini, banyak hal yang menjadi inspirasi saya untuk menulis.Salah satu diantaranya adalah ilustrasi mengenai cangkir teh.Beberapa hari yang lalu, dikisahkan ada acara reuni murid-murid yang bermaksud melakukan silaturahmi ke tempat mantan guru mereka.Untuk menyambut kehadiran mantan muridnya,sang guru ini membuat racikan teh istimewa untuk disuguhkan.Berhubung murid yang datang banyak, maka gelas atau cangkir pun bervariasi, ada yang terbuat dari porselen, dari kaca, dan dari plastik.Teh ini rasanya manis, segar, dan disajikan dalam keadaan hangat, karena sesuai dengan iklim di Salatiga yang berhawa dingin.Satu persatu murid mengambil sesuai dengan wadah yang disediakan, ada yang mendapat cangkir porselen dalam kondisi bagus, ada yang menggunakan gelas plastik,atau ada yang mendapat gelas kaca.Nah, kalau diperhatikan, apaun kondisi wadah yang dipakai, ternyata tidak penting, yang terpenting adalah isinya, the yang manis, segar dan hangat.Ya, isi dari berbagai macam gelas itulah yang paling bermakna, teh yang bisa dirasakan, yang bisa dinikmati.
Hampir sama dengan kehidupan kita, cangkir atau gelas itu menandakan pembungkus luar yang ada dalam jiwa kita, sedangkan the manisnya adalah hati kita.Kadangkala kita dibungkus oleh cangkir porselen yang indah, yang menandakan kemakmuran secara materi, kadang kita dibungkus oleh gelas seng yang sudah “lecek”, menjalani hidup yang pas-pasan saja, namun apalah arti pembungkus jika isi yang terkandung didalamnya tidak semanis dan selezat isinya?

Sudah sepantasnya kita kagum dan bangga dengan apa yang sudah dicapai oleh rekan-rekan ataupun sahabat dan saudara kita tentang keberhasilan dan jerih payah usaha mereka sehingga mereka layak di sebut sebagai orang sukses.Meskipun kita hanya bisa bergumam, menyebutnya didalam hati, ow ternyata sudah sukses, dulu jalan kaki sekarang bermobil, dulu selalu ngebon, sekarang jadi tukang traktir.Perubahan itu semoga tidak menjadikan hati mereka menjadi lain dengan hati yang dulunya diliputi ketulusan, tidak membawa efek yang negatif bagi sesamanya yang belum berhasil, namun menjadi pemicu agar dapat berhasil seperti mereka.


Kita tidak bisa memiliki semua yang terbaik di dunia ini, namun kita bisa memberikan yang baik dari apa yang sudah kita miliki.

Ahli “Palsu”

0 komentar
Tulisan ini saya buat untuk pengingat, supaya lebih berhati-hati dalam urusan service apapun produk yang ingin diperbaiki.

Beberapa waktu yang lalu, saya dihadapkan pada masalah printer yang rewel.Bisa cetak, tapi bergaris, dan kabur seperti hasil cetakan fotocopy yang udah lama tidak pernah turun mesin.Parah !
Padahal printer itu baru dibeli dua bulan yang lalu.Memang setelah saya telusuri asal muasalnya, ada kemungkinan karena pernah ada kejadian menggunakan printer tersebut untuk kertas stiker yang lumayan tebel, sehingga bersinggungan dengan area tonernya, yang mengakibatkan kebocoran atau apapun istilahnya hingga seperti ini.Karena printer itu printer andalan kantor, terkenal cepat, makanya begitu tahu hasil cetakan yang tidak sesuai, banyak komplein dari teman-teman dan pimpinan.Siaga Satu, batin saya saat itu.Akhirnya diputuskan untuk diperbaiki di tempat isi ulang dan minta informasi apa bisa diperbaiki.Jadi yang ada dalam pikiran kami, cartridge itu diperbaiki.Setelah beberapa saat, sang pembawa cartridge datang dan menyodorkan kuitansi isi ulang.Wah…maksudnya apa?Akhirnya dijelaskan pula bahwa barang itu diisi ulang.Setelah dicoba, bukannya tambah manis malah semakin parah, isi toner berhamburan keluar, tidak bisa dipakai buat print lagi.
Karena penasaran, diputuskan esok paginya dikembalikan.

Esok pagi, saya sendiri yang datang ke tempat service.Sambil berbincang apa masalahnya, saya diberi penjelasan bahwa pengisian model begini cuma bisa maksimal sekian kali, setelah itu harus dan wajib ganti drum nya.Karena sudah cukup penjelasannya, dan pengerjaannya makan waktu saya diberikan alternatif ditinggal saja, jam sekian baru diambil.OK, saya sepakat.
Setelah saya ambil sesuai dengan kesepakatan, dan tanpa mengganti ongkos service saya coba saja hasilnya.Hasilnya bagus, tanpa masalah, seperti baru.

Nah, baru kemarin problem itu datang lagi, setelah pemakaian sebulan, hasil printer kabur dan cetakan tidak jelas.Karena sudah ada pengalaman sebelumnya, dan itu pertanda isi toner habis, maka saya bawa kembali ke tempat service.
Bapak tukang service itu ternyata masih ingat dengan saya, mungkin karena sering komplein.Dipanggilnya saya ke ruang kerjanya.Dengan bergetar dia bilang bahwa cartridge yang saya bawa kemarin diganti dengan punya pasiennya.Masih baru juga, saya juga ditunjukkan cartridge saya yang letoy masih berlumuran toner.Aduh, bagaimana bisa terjadi begini?
Ada dua hal yang langsung muncul dibenak saya, yang pertama saya sedih karena bapak itu tidak berterus terang dari awal sehingga saya punya pemikiran bahwa dia hebat, yang kedua saya juga bersyukur karena printer itu bisa dipakai normal.

Ini pelajaran, bagi saya ataupun Anda.

Ada Masalah

2 komentar
Percakapan lewat media chatting itu terhenti setelah sahabat saya offline, memang singkat, tapi bermakna banyak buat saya.Mengingatkan saya kembali tentang sebuah arti perjuangan untk berani hidup, menjalani kehidupan dunia yang penuh dengan teka-teki.

Dalam kesaksiannya, ia bercerita bagaimana ia seakan-akan tidak percaya bahwa ternyata Tuhan memberikan kesempatan untuk hamil dan sekarang mempunyai dua orang anak dari pernikahannya.Bagaimana tidak percaya? Diagnosa yang menyatakan bahwa ada kemungkinan tidak bisa memiliki keturunan akibat penyakit yang ada pada dirinya pupus sudah.Puji Tuhan, ungkapnya mengakhiri obrolan siang hari itu.
Saya hanya bisa membayangkan saja, entah bagaimana perasaannya kala itu, tapi kalau melihat dari serentetan tulisan – tulisan di blognya, saya percaya dia orang yang perkasa, tahan banting.

Kadangkala kita mengalami hal yang serupa tapi tak sama dalam menghadapi kehidupan kita sendiri.Mengapa kita tidak bersyukur saja atas masalah yang menimpa kita?Mengapa kita justru menyalahkan faktor lain selain diri kita?Apakah itu manusiawi?Normal?Wajar?...
Saya pernah mendapat satu perkataan yang cukup bijaksana dari dosen saya (alm).Dalam tesis untuk meraih gelar doktor dimana saya terlibat dalam penelitian beliau, beliau berkata bahwa setiap orang, setiap hari, setiap waktu pasti ada masalah, dan tidak mungkin orang itu tidak ada masalah.Hanya orang mati sajalah yang tidak punya masalah. ( ya, memang )

Kekhawatiran, kekalutan, rasa tidak PD, kadang menemani kita dalam masalah-masalah kita, namun kalau kita melihat lebih jauh lagi, masalah itu justru membuat kita jadi berpikir kritis, kita dituntut untuk segera memahami keadaan kita, kita dituntut untuk segera mengkoreksi diri kita sendiri, dan yang lebih penting masalah bahkan membuat kita lebih dewasa.Bukankah dengan adanya masalah, kita juga bisa menjadi lebih tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada diri kita sendiri?

Saat ada masalah justru kita baru sadar bahwa kita punya Tuhan.Ow…ternyata saat itu kita “lupa” mendekatkan diri dengan Tuhan!Ow…ternyata saat itu kita sering meninggalkan persekutuan dengan Tuhan…Ow saya ternyata lebih sibuk bekerja daripada berdoa…Ow…Ow…Ow….dan masih banyak kejutan lain yang justru menyadarkan kita untuk kembali dan kembali memulai persekutuan dengan Tuhan.

Nah, mungkin artikel sederhana ini bisa menjadi penguat ketika kita sedang dilanda masalah, persoalan, atau apapun itu.Jangan lupa untuk berdoa.

Kedekatan kita dengan Tuhan hanya melalui Doa.

Minggu Pagi
13 September 2009

Jejak Yang (semakin) Berirama

3 komentar
Bisnis On Line? Itulah ungkapan pertama yang muncul dalam pikiran saya.Segumpal harapan untuk berbisnis On Line mulai terbentuk dalam pikiran saya.Setelah berpikir agak lama dan menunggu penyandang dana ( trimakasih : Eyang Gu )akhirnya awal Agustus ini kami mulai berbisnis On Line.

Ternyata tidak segampang dan semudah yang saya pikirkan, harus menggunakan trik2 dalam menggaet pelanggan.(Ya mesti gitu ...).Akhir bulan ini brosur harus sudah menyebar merata, demikian target kami supaya bisa bersaing sehat.

Lumayan juga pesaingnya, tapi saya berharap mendapat bagian dari kue customer dengan berbagai tipe ini.

Bisnis On Line yang kami jalani berupa tempat pembayaran Listrik, Telepon, Speedy, Cicilan Motor, Pulsa , dan lain2. Ya...jejak langkah kamipun semakin berirama.

Pengembangan dan kreatifitas perlu dan mutlak, apalagi sekarang ada beban biaya tambahan berlangganan internet.Kami juga tengah memepersiapkan produksi kerajinan tangan untuk kami On Line kan juga.

Tantangan akan kami hadapi dan menjadikannya sebagai peluang.

Tulisan untuk pengkobar Semangat !
Semarang, istirahat kantor 12: 50 di 26 Agustus 2009

24 Agustus 1974

0 komentar
Hari ini, Senin 24 Agustus 2009, saya merayakan ulang tahun yang ke 35, sudah cukup berumur.Ada sesuatu yang membahagiakan sepanjang dinihari hingga malam harinya. Pertama2 tentu saja ucapan selamat ulang tahun dari mantan pacar saya, jam 00.04.Kemudian pagi harinya disambut dengan bihun goreng tidak spesial, dan hadiah dari anak dan istri saya yang ditandai dengan acara buka kado.
Dua periode berturut2 saya diberikan tanda mata ikat pinggang, kali ini lebih komplit, kado pertama ikat pinggang, kado kedua sepatu.Wah, sepertinya kompak.

Dengan menggunakan sepatu baru ( mode baru : lentur ) sayapun melaju berangkat ke kantor.Sebagai catatan : kaki saya tidak ramah terhadap sepatu, dari sepatu kantoran, pdl, safety, karet, semua hancur sebelum waktunya.Entah apa yang membuat seperti itu.

Suasana kerjapun sepertinya menggembirakan, dan secara tidak simbolis ada perpindahan ruangan kerja, saya mulai menempati ruangan baru.Semoga saja ada perubahan untuk menjadi lebih semangat.

Yang tidak kalah menariknya tahun ini adalah ucapan selamat yang datang dari teman2 sejawat melalui Facebook, sms yang memberikan semangat dari saudara terkasih, Mas Man, Bapak, dan teman2 dekat, untuk kembali merekatkan rasa persaudaraan, juga terima kasih saya terhadap “kepedulian” teman2 sejawat, teman2 blogger, meskipun belum pernah bertemu.

Malam harinya sepulang dari kantor, masih ada acara makan malam keluarga sebagai kado ketiga : sate ayam.Wah komplit plit hari ini.Masih belum puas, istri mengajak jalan untuk melihat suasana kota sekaligus mengunjungi sahabat saya yang kemarin juga ulang tahun, Om Hari.Setelah itu, kami berencana untuk membeli sepatu tandingan dengan model yang sama untuk istri, hmmm…namun ditengah semarak diskon yang digelar, sang istri menemukan celana panjang yang pas untuk saya dan menjadi kado ke empat.

Sedang mujur hari ini.Terima kasih Tuhan….

Diawali dengan doa dan syukur, diakhiri dengan doa dan syukur.

Salatiga, tulisan pendek 24 Agustus 2009

CUKUP

0 komentar
Seringkali kita mendengar bahwa kata cukup mengandung pengertian pas, tepat, sudah sesuai, stop.Kecukupan juga bisa diberi pengertian tidak lebih dan tidak kurang.

Dalam menterjemahkan kata cukup, ada satu ayat yang merupakan ayat favorit saya :

Ibrani 13: 5
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."


Sebagai manusia, kita sering lupa bahwa kata cukup seringkali kita lewatkan begitu saja.Karena apa?Karena kita mempunyai kecenderungan tidak bisa mengendalikan kedagingan kita sendiri tatkala kita berada pada kelimpahan rejeki.Secara sederhana dapat saya gambarkan bahwa dalam dunia materi, yang patokannya adalah kekayaan, memiliki sesuatu yang lebih merupakan sebuah impian tersembunyi.Dengan gampangnya kita bisa berganti mobil, kita bisa memiliki ini dan itu, membeli setiap produk yang ditawarkan, kalau bisa semua yang ditawarkan di dunia ini.Hal ini tidak salah, karena kita punya sarana untuk membeli, kita punya kekayaan untuk bisa menguasainya.Perilaku yang demikian mendorong kita untuk memanjakan nafsu kita sendiri tanpa “berpikir” akan sebuah kata cukup.Karena apa? Karena kita sudah tidak bisa membedakan lagi antara kebutuhan dan keinginan, seolah-olah keinginan itu sama dengan sebuah kebutuhan.Apakah iya?Saya rasa kebutuhan merupakan hal pokok yang harus dipenuhi, seperti sandang, pangan, papan.Boleh dikatakan sebagai kebutuhan primer kita.Sementara itu kalau kita berbicara keinginan, keinginan mencakup arti luas sebagai sebuah hasrat untuk menguasai sesuatu, entah itu membeli, melakukan sesuatu yang diyakini bisa dimiliki.Jadi kalau sudah sama antara keinginan dan kebutuhan jadinya nafsu.Kita sudah tidak bisa menguasai diri lagi, kita menjadi budak atas pikiran kita sendiri.

Pagi hari ini, 25 Agustus 2009, saya juga tersentuh dengan tema ketamakan yang ditulis dalam renungan harian yang biasa kami baca.Ketamakan pertanda kecukupan yang tak pernah terpuaskan.Apakah kita bisa menerima ketika kita meninggalkan apa yang sudah kita punya untuk sesuatu yang masih kabur dalam hidup kita?sesuatu yang belum pasti?sesuatu yang masih diangan2?

Saya rasa cukup harus diikuti dengan syukur.Cukup tidak bisa dipandang dari segi apapun.Rasa cukup datang dari hati kita, dari akal sehat kita.

Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan.
Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan.
Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
Filipi 4 : 11-13

Salatiga 25 Agustus 2009

Yang Terlupa

4 komentar

Yohanes 14: 6
Kata Yesus kepadanya: "Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.


Kurang lebih 8 atau 9 tahun yang lalu, pagi ini saya kembali bertemu dengan Ibu Eveline Purnama, siapa dia?

Pagi ini, kami memang berniat untuk mengikuti kebaktian siang hari, jam 09.00.Mungkin karena kami bangun kesiangan, maka yang seharusnya kebaktian pagi sesuai dengan keputusan yang kami buat malam harinya kami rubah untuk berangkat jam 09.00 saja.Ketika bersiap-siap akan berangkat, tiba-tiba saja hp istri saya berdering, dan saya angkat, ternyata sang kakak mengabarkan supaya kita ikut sarapan bersama.Runding punya runding, akhirnya kami ke sana, tidak untuk makan tapi untuk menitipkan buah hati kami.

Setelah itu kami pergi ke gereja.Namun, ditengah jalan tiba-tiba terlintas pikiran dari istri saya untuk mengikuti kebaktian di GKI saja.Saya mengangguk, mengiyakan tanda setuju.Akhirnya kami mengikuti kebaktian di GKI.

Pada saat khotbah di mulai, saya agak tersentak, karena yang membawakan kotbah pada saat itu adalah Ibu Eveline Purnama.Saya jadi teringat beberapa waktu yang lalu, ketika saya ikut katekisasi untuk babtis.Betapa beliau membimbing saya untuk lebih mengenal dan tahu tentang Sang Juru Selamat, tiap hari Rabu, kalau saya tidak salah ingat, dan beliau cukup sabar.Melihat perkembangan saya dalam memahami isi Alkitab misalnya, beliau cukup bersimpati.Hal ini bisa terjadi berkat ajaran saudara saya yang memberi perhatian untuk urusan perkembangan rohani saya, MasMan dan Mbak Grace dan dari kedua saudara saya ini saya diberi wawasan tentang Kristus.Setelah beberapa waktu akhirnya saya dibabtis.

Kesibukan dan pergumulan hidup seakan-akan saya melupakan peristiwa bersejarah dalam hidup saya tersebut.Hingga akhirnya hari ini saya kembali diingatkan, bagaimana luarbiasanya pertolonganNya dalam setiap pergumulan yang saya lalui.
Bukan terkadang, jalanNya yang ajaib menuntun kita senantiasa, tanpa rasa lelah, tanpa keluhan, tanpa omelan, Dia memperhatikan setiap langkah kita.
Hingga malam ini saya masih berpikir, Tuhan ijinkan saya untuk ikut dalam rencanaMu saja, bukan memaksakan rencanaku untuk rencanaMu yang terlalu indah bagiku.

Ayat di atas menjadi penguat bagi kita dalam menyikapi kerapuhan kita sebagai manusia yang kerdil, manusia yang tak berdaya….

Minggu, 26 Juli 2009













Zona Nyaman

0 komentar

Satu hal yang paling menakutkan dan mengerikan bagi pertumbuhan keimanan kita adalah zona kenyamanan.
Jum’at pagi 03:00 WIB

Pagi ini saya terbangun, dengan mata yang masih terkantuk-kantuk saya buka komputer dan mulai mengerjakan beberapa hal diantaranya menyusun dan menata beberapa artikel –artikel dari kantor.Pagi yang dingin, dan pagi yang sepi.Sambil mengedit artikel saya hidupkan radio disamping saya.Sebuah khotbah dari stasiun radio terdekat menceritakan tentang zona kenyamanan.
Saya tidak akan mengulas zona kenyamanan itu sendiri dari perspektif pengkhotbah, namun saya lebih tertarik untuk memberikan komentar tersendiri terhadap kata nyaman yang ( mungkin saja ) menjadi tujuan akhir dalam meniti sesuatu, entah karir, pekerjaaan, bahkan tujuan hidup.

Kita tentu menginginkan agar kehidupan kita diberkati, baik-baik saja, tidak ada masalah besar, berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.Seringkali, kita merasa bahwa dengan segala jerih payah yang kita lakukan selama ini, ternyata sudah membuahkan hasil.Dan pada akhirnya terlontar kata tinggal kipas-kipas saja.
Dengan semakin mudahnya kita mendapakan sesuatu, mungkin saat ini penghasilan kita melebihi rata-rata, sehingga kita bisa memiliki ini dan itu, rasa-rasanya hidup itu sudah nyaman.Hal-hal yang mengkhawatirkan seolah-olah terhapus dalam benak pikiran kita.

Ketika kita berada pada posisi yang demikian, sedikit banyak akan mempengaruhi kualitas diri kita secara rohani, perlahan-lahan kita terlena oleh ”kesibukan” kita, mulai meninggalkan doa pagi, mulai lupa membaca Alkitab, mulai terlena dengan urusan hiburan yang mengasyikkan, dan mulailah terjadi penurunan kesadaran rohani kita.Seiring dengan berjalannya sang waktu, seolah-olah semuanya sudah terlambat.Dan ketika kita sadar, ternyata...waktu berlalu begitu cepat, saya belum sempat ini dan itu, saya belum, saya belum, saya belum...itu kalau kita sadar, kalau tidak?

Posisi nyaman memang tetap harus kita syukuri sekaligus kita waspadai, bukan berarti hidup yang kita jalani selamanya seperti yang kita inginkan, roda akan terus berputar, ke atas, kebawah, dan suatu saat nanti pasti akan berhenti.Saat kita berada di puncak kejayaan, ingatlah akan berkatNya, demikian juga saat kita berada di bawah kemapanan, ingatlah akan kekuatanNya yang menopang kita.

Dia tidak pernah meninggalkan kita.

Naskah lanjutan, 19 Juli 2009




RODA DUA

0 komentar


Banyaknya kendaraan roda dua saat ini, benar- benar merupakan fenomena yang menakjubkan.Bagaimana tidak?Begitu muncul mode baru, beberapa saat saja sudah ada yang melenggang di jalan raya.Bermunculan inovasi dan semakin “canggihnya” penampilan kendaraan bermotor tersebut menjadikan masyarakat kita tertarik untuk membeli sepeda motor.
Gejala itu didukung juga oleh sistem penjualan yang bervariasi, dimulai dari pembelian tunai, dengan bonus2 yang beragam, sampai pembelian dengan cara kredit yang “super murah”.Seolah-olah para produsen sepeda motor menebarkan pesona mereka untuk menggaet sebanyak-banyaknya pembeli, dan tampaknya, gejala pembelian sepeda motor menjadikan sebagian orang di daerah pelosok, ikut berlomba-lomba untuk memiliki sepeda motor.

Tidak ada yang salah.
Namun ada beberapa hal yang saya perhatikan, dan mungkin dapat menjadi bahan perenungan bersama.

Sebagai salah satu pengguna sepeda motor, saya diuntungkan dari sisi waktu, tenaga dan biaya.Saya seorang pelaju, menggunakan kendaraan bermotor yang econocommuter, ekonomis.Saya bandingkan dengan pengeluaran biaya saya apabila naik kendaraan umum, jauh sekali perbandingannya, hampir 1 : 3.Artinya kalau sayanaik kendaraan umum biaya yang saya keluarkan sampai 800 hingga 900 ribu rupiah perbulan, belum termasuk ini dan itunya, dengan mengggunakan sepeda motor saya hanya mengeluarkan dana 250 sampai 300 ribu perbulan.Selain itu waktu yang saya tempuh biasanya 1 – 2 jam, bisa tembus dalam waktu 45 – 1 jam saja, demikian juga dengan tenaga.Untuk itu tidak salah mengapa orang cenderung untuk naik sepeda motor.

Tentu dengan kondisi yang saya alami, dirasakan juga beberapa rekan pelaju lainnya.Saya amati ada beberapa hal yang menurut saya masih perlu diperhatikan demi menciptakan rasa nyaman berkendara.Saya melihat masih banyak pelanggaran-pelanggaran, aksi coba2 tanpa helm, atau gaya kebut-kebutan yang mana semua itu menjadi keprihatinan saya.
Pengalaman saya, contohnya, di jalur alternatif ke terminal Ungaran, tepatnya di perempatan sebelum lapangan, baru beberapa waktu terakhir dipasang rambu lampu lalulintas, namun apa yang terjadi?Masih saja, kendaraan berlalulalang tanpa mengindahkan rambu.Mungkin hanya dari arah Solo menuju ke Semarang saja yang taat.Selebihnya dari kanan, kiri, depan, masih banyak terjadi pelanggaran.Apakah lampu “bangjo” itu tidak cukup terang untuk membelalakan mata pengendara?Atau penempatannya yang salah dan keliru?
Masih di jalan yang sama, ada larangan “stop”, tapi masih saja ada kendaraan yang melawan arah sehingga membingungkan pengendara yang lain arah.Demikian juga ketika kendaraan bermotor akan belok, lampu sign menyala kanan, beloknya ke kiri, lampu sign menyala ke kiri, beloknya ke kanan, atau yang lebih memprihatinkan, tidak ada sign kiri kanan, malah belok mendadak ditambah lagi lampu sign dijadikan lampu hias, kiri kanan menyala bergantian, seolah –olah berkata, minggir…ini aku …aku akan lewat.Setahu saya kalau lampu sign dua – duanya menyala itu pertanda ada sesuatu yang harus didahulukan, bagi kendaraan roda empat, tapi bagi roda dua rasanya belum ada…

Saya juga berpikir, tidak ada salahnya juga ya, kebanyakan angkutan umum juga menjadi seenaknya saja melintas di jalan raya dan mungkin mereka juga muak dengan tingkah laku pengendara sepeda motor yang seperti saya sebutkan di atas.Jadinya semacam pembalasan.Tiba-tiba menyalip pengendara sepeda motor dengan suara rem gas yang berisik, atau suitan2 kernet yang tak beraturan, disertai bunyi klakson kapal laut yang memekakan telinga, dan diakhiri dengan asap tebal tanpa saringan udara.Ya…aksi –aksi seperti itu seringkali saya lihat.Atau bahkan mentang-mentang besar ambil lajur seenaknya sendiri.wah… seperti falsafah raja hutan, yang kuat yang menang.

Beberapa hari yang lalu saya sempat baca di tabloid terkemuka bahwa pemerintah mulai memikirkan untuk mengijinkan pengendara motor masuk tol.Apakah menyelesaikan masalah?

Akhirnya ada beberapa hal yang perlu digaris bawahi :

Etika bersepeda motor perlu ditegakkan kembali, keamanan berkendara perlu disosialkan kembali, sarana dan prasarana jalan perlu diperhatikan kembali, dan tentu saja kedisiplinan pengendara dalam berkendaraa perlu ditingkatkan melalui pembinaan dari instansi yang terkait.

Salam.


Ketika Harus Memilih

0 komentar


Hidup adalah sebuah pilihan, demikian salah satu pernyataan yang sering kita dengar.Dalam kehidupan ini memang hanya ada dua pilihan, ya atau tidak.

Beberapa hari yang lalu, saya mewancarai seorang calon tenaga kerja, yang kemungkinan akan kami tempatkan di bagian kontrol kualitas produk.Setelah bertemu, dan mulai wawancara, dia tampak bingung, menyebut nama Tuhan berkali-kali, dan mempunyai problem mendua, artinya saat ini si anak ini butuh pekerjaan, disisi lain dia baru saja masuk kuliah untuk mengambil akta mengajar.Solusi yang direncanakan anak ini adalah dua-duanya bisa sejalan.Namun berdasarkan prosedur, kami tidak dapat memberikan kesempatan yang seperti diharapkannya.Akhir dari wawancara itu saya menegaskan supaya memilih salah satu, kerja atau kuliah.Saya juga menyelipkan saran, bahwa di dalam menjalani kehidupan ini hendaknya fokus pada satu tujuan, meskipun berat dalam memilih, namun tetap harus dilakukan, pilihan hanya ada dua, ya dan tidak.Dengan berat hati dan perasaan sedih dia memutuskan untuk menunda kerja dan melanjutkan kuliah serta berharap ke depannya diberi kesempatan bekerja.

Ilustrasi itu menggambarkan bagaimana seandainya kita dihadapkan pada dua pilihan, betapa beratnya, kita memikirkan sampai berhari-hari, kita berusaha memohon supaya kita dapat memilih dengan benar.

Pilihan harus dipikirkan secara matang, dengan akal yang sehat, dengan kepala dingin, dengan penuh pertimbangan, kalau perlu diukur juga untung dan ruginya.Pilihan yang asal akan berdampak pada kehidupan kita selanjutnya.

Demikian halnya ketika pilihan itu mempunyai efek yang “abadi”, sebagaimana keimanan kita, memilih “ndherek Gusti Yesus”, bukan hanya menikmati berkatnya saja, namun juga memerlukan pengorbanan diri seutuhnya, lahir dan batin, meneladani firman dan melaksanakannya.Atau ketika kita memilih seorang pendamping hidup,suatu pergumulan yang luar biasa.Pendamping dikala susah dan senang, mendampingi sampai maut memisahkan.Bukan hal yang main-main, bukan sekedar habis manis sepah dibuang.

Memilih, bukan hanya sekedar memilih.Dengan kemantapan, dengan keyakinan dilandasi iman, pilihan bukan menjadi hal yang menakutkan.

Salatiga, 23 Januari 2009


Semut Gereja

0 komentar

Pada Perayaan Kamis Putih tadi sore saya mendapatkan sebuah ide untuk menulis judul di atas sebagai pokok bahasan tulisan saya kali ini.

Sore itu kami datang bertiga, saya, istri saya, dan anak saya.Sesi demi sesi acara kami ikuti, namun ketika pada acara pembacaan firman, si kecil mulai ribut, maklum dari siang tidak tidur siang, pemikiran kami saat itu, daripada terus menerus menangis akhirnya saya bawa keluar dan benar saja, tangisannya terhenti, meskipun demikian harga yang harus dibayar, saya tidak dapat menyimak khotbah yang di bawakan bapak pendeta.

Setelah berada di halaman gereja, kami duduk di bangku panjang yang memang disediakan untuk jemaat di luar gedung gereja, anak saya meminta untuk tiduran di pangkuan saya kemudian dia tertawa-tawa ( mungkin lega karena di dalam dia tidak bebas bergerak ).Ya sudahlah, batin saya.

Beberapa saat kemudian, si kecil mulai memperhatikan keadaan di sekitarnya.Anak saya menunjuk bulan yang muncul dan akan purnama, dan dia mulai mencari-cari sesuatu yang menarik perhatiannya.

Kebetulan, di bagian bawah tangga gereja ada segerombolan semut sedang membawa sisa kacang goreng yang jatuh.Saya ajak anak saya untuk memperhatikan semut- semut itu.Wah, mereka tampak kompak ya?Bergotong royong membawa makanan.Anak saya bertanya, dimana rumah semut?Saya menjawab dengan cepat, coba perhatikan kemana mereka membawa makanan itu, dan dia jongkok memperhatikan terus ke mana makanan itu di bawa oleh semut.Ternyata di ujung tangga itu ada lubang yang cukup besar dan kacang goreng itupun masuk ke dalam lubang itu. Wah, mereka masuk ke rumahnya, rumahnya di sini lho ! jawab anak saya.Tidak hanya satu kacang goreng yang di bawa, dibelakangnyapun ada beberapa kacang goreng lagi yang di bawa oleh pasukan semut itu.
Karena asyik memperhatikan bawaan semut itu, dia mulai bertanya, semut itu kan kecil tapi kenapa bisa bawa barang yang ukurannya lebih besar?Semut itu kok kuat ya?Coba lihat, berapa yang membawa?Mulai dia berhitung, ada delapan,jawabnya.Setelah saya hitung ada sebelas semut yang membawa kacang goreng.Saya berusaha menerangkan kalau satu kacang oreng di bawa satu semut, pasti tidak terangkat, tapi kalau di bawa beramai-ramai nah…buktinya kacang goreng itu bisa di bawa.Jadi bawanya harus beramai-ramai, itu namanya gotong royong. Semakin asyik dia memperhatikan semut-semut itu.

Mereka memang patut di acungi jempol, kebersamaan, persatuan, dan gotong royong semut tidak dapat diragukan lagi, dan tidak heran kalau filosofi semut ini sering menjadi ikon dalam mewujudkan kebersamaan.

Kita diharuskan untuk saling mengerti dan berempati terhadap segala sesuatu yang ada di sekitar kita.Meskipun demikian, sering kita tidak sadar, sering kita lebih mementingkan diri kita sendiri, sering kita masih mengedepankan si ego, sering kita mengandalkan kekuatan diri kita sendiri.
Mungkin sudah saatnya untuk melihat kembali dan merevisi sikap kita untuk bergotongroyong dan bersama –sama melibatkan Dia dalam kehidupan kita sehingga dengan kebesamaan dan inspirasi semut gereja, dapat meringankan apa yang kita pikul saat ini.

Selamat berkarya.
Salatiga, 10 April 2007

Ngisi Lagi

0 komentar


Sepertinya hari-hari yang berlalu cukup banyak menyita waktuku buat sejkedar intropeksi saja mungkin semakin sulit.Atau aku terlalu capek mengerjakan semua pekerjaan ku selama ini, makanya blog yang aku bikin menantikan uluran tangan buat diisi kembali.
Entah sudah sekian lama keinginan untuk ngeblog masih saja menggayuti kepalaku, mungkin ini saatnya nulis lagi.
Inspirasi May 26.2009

Kapan ya, punya kesempatan ngisi blog lagi?

Mengasihi Musuh?

2 komentar

Mengasihi musuh? Yang benar saja, bisa nggak kita mengasihi musuh kita, jangankan mengasihi, memandang, menegur saja jauh dari pikiran kita dan yang sering kita lakukan adalah berharap ada sesuatu yang berat menimpanya.

Ketika kita tidak suka dengan orang lain, entah itu sikapnya, perkataannya, tingkah lakunya, maka yang ada adalah timbul rasa jengkel, timbul rasa tidak enak, dan timbul rasa marah, geram.

Setiap perbuatan yang melukai hati kita, ataupun perkataan yang menyinggung perasaan kita, kerapkali menjadi pemicu dendam dan tentu secara otomatis akan tercipta “musuh” dalam lingkungan kita yang pada akhirnya timbul gap/perbedaan dalam strata lingkungan kita.Mungkin kalau boleh dikelompokkan, akan muncul kelompok pengumpat, kelompok penggosip, kelompok pengkritik, dan lain sebagainya.

Ketika penciptaan musuh sudah selesai, hal yang yerjadi berikutnya adalah saling tuding, saling menyalahkan, tanpa melihat lagi norma, nalar, logika yang belaku, intinya, musuh kita pasti yang salah, tidak ada yang salah dengan kita, kita merasa benar, kita merasa superior, kita merasa lebih, yang pada buntutnya berakhir dengan munculnya kesombongan dalam diri kita.

Apa ada untungnya? ( Renungkanlah )

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu…(Lukas 6:27)

Pada bagian ini Tuhan Yesus memberitahukan bagaimana kita harus hidup dengan bersama orang lain.Kita wajib mengikuti tuntutan yang telah digariskan.

1. Mengasihi musuh kita, bukan berarti mengasihi dengan kasih emosi, seperti menyukai musuh kita, melainkan menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap kebaikan dan keselamatan kekal mereka.Karena kita tahu betapa dahsyatnya nasib yang menantikan mereka ang melawan Allahdan umatNya, kita harus mendoakan mereka dan berupaya, dengan jalan membalas kejahaan dengan kebaikan unuk membawa mereka kepada Kristus dan iman kepada Injil.
2. Mengasihi musuh kita, bukan berarti berpangku tangan sementara para pelaku kejahatan terus – menerus melakukan perbuatan jahat mereka.Jika dipandang perlu demi kehormatan Allah, kebaikan atau keamanan orang lain, atau demi kebaikan akhir orang fasik itu, maka tndakan yang keras harus diambil untuk menghentikan kejahatan.

Dengan demikian, seharusnya apa yang kita lakukan dengan musuh kita justru melebihi apa yang kita lakukan untuk kawan kita.Itulah salah satu citra yang ingin Tuhan nyatakan pada kita ---- meskipun musuh menjadi bagian yang tidak menyenangkan, tapi selama kita hidup, pasti ada terselip musuh2 kita ---- bahwa kita tidak bisa terlepas dari kuasaNya, bahwa Dia ingin kita mempunyai hubungan yang erat denganNya dalam memutuskan persoalan yang melanda kita dengan musuh kita.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sanggupkah kita melakukannya atau masihkah terbawa egoisme kita ?

Salatiga, 21 Desember 2008



Mengasihi musuh? Yang benar saja, bisa nggak kita mengasihi musuh kita, jangankan mengasihi, memandang, menegur saja jauh dari pikiran kita dan yang sering kita lakukan adalah berharap ada sesuatu yang berat menimpanya.

Istimewa

2 komentar

Tidak ada acara khusus dalam menyambut Natal tahun ini, walaupun demikian setiap moment Natal punya kenangan tersendiri bagi kita.

Istimewanya Natal bukan terletak pada bagaimana kita merayakannya, namun menurut saya lebih terbeban untuk menjawab pertanyaan bagaimana diri kita memaknai Natal ?
Moment Natal membuka lembaran baru bagi hidup kita, terutama untuk mengarahkan kembali tujuan hidup kita yang sesungguhnya.Kita rasanya kembali diingatkan, kita diminta untuk intropeksi diri, kita diwajibkan untuk menata kembali kehidupan kita dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bukan suatu kebetulan apabila setelah merayakan Natal kita juga menyambut tahun baru.Apa yang sudah kita dapatkan, apa yang sudah kita lalui di tahun kemarin menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan kita, pengalaman itu menjadi dasar bagi setiap tujuan yang hendak kita capai.

Dalam memaknai Natal tahun ini, saya merefleksikan kembali setiap langkah yang sudah saya jalani dan lakukan.Tanpa kekuatanNya, mustahil saya dapat melakukannya sendiri.Awal tahun 2008, saya sungguh bersyukur dengan suasana baru, pekerjaan baru, dan kehidupan yang baru, meskipun kami mulai kembali dari nol.Dukungan sahabat, rekan kerja, saudara, menjadi pemicu yang luar biasa dalam menyikapi kehidupan yang harus kami jalani diawal tahun ini.Banyak hal tak terduga, yang dulunya hanya angan-angan, yang dulunya hanya sebatas pemikiran, ternyata menjadi kenyataan.

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata : “Tuhan adalah Penolongku.Aku tidak akan takut.Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” ( Ibrani 13 : 5- 6 )

Saya teringat ayat ini karena terkadang kita lebih sering terlena ketika kita mendapatkan yang lebih banyak, dan kita lebih sering mengeluh ketika kita mendapat sedikit.Ayat ini mengingatkan kita kembali bahwa dalam segala sesuatu yang sudah Tuhan rancangkan dan yang sudah kita terima serta kita jalani akan membentuk pola hidup kita dalam menyikapi sebuah keadaan. Kita diwajibkan untuk senantiasa bersyukur, meskipun milik kita di dunia ini sangat terbatas atau keadaan kita sangat berat, kita tidak perlu takut bahwa Allah akan meninggalkan atau mebiarkan kita.Alkitab nenyatakan bahwa Bapa di sorga memperdulikan kita.Kita dapat menggemakan seruan pemazmur , “ Tuhan adalah penolongku, aku tidak akan takut.”.Hal ini ditegaskan dengan keyakinan pada saat – saat kesesakan, pencobaan, atau kesulitan lain ( Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan ).

Di dalam perjalanan karir yang baru saja saya rintis ini memang tidak selalu mulus dan lancar –lancar saja, bahkan dari awal perkiraan saya tentang pabrik baru yang saya masuki tampaknya meleset dari angan-angan saya.Meskipun demikian rintangan pekerjaan tidak membuat kita patah arang, justru mendidik kita untuk kita lebih peka terhadap situasi. Memasuki bulan ke tiga, perusahaan bermasalah dengan ijin pemerintah, dan proses produksi dihentikan, ditambah dengan kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil.Perusahaan untuk sementara tutup, meskipun saya masih dipertahankan untuk tetap bekerja.Tentu dampaknya sangat terasa. Kita punya rencana, Tuhan punya kehendak.
Musibah kecelakaan menimpa saya, kurang lebih satu bulan saya off. Mungkin inilah titik di mana kita boleh belajar untuk memahami makna hidup untuk tetap memuliakan Dia.
Akhir bulan ke tujuh, saya mengambil keputusan untuk mundur, setelah saya diterima bekerja di perusahaan lain.Puji Tuhan.

Saya memaknai bahwa perjalanan hidup yang saat ini kita jalani ibarat sebuah roda yang tengah berputar.Kita berada disisi terluar dengan tetap pada satu poros.Terkadang kita berada di atas, ada saatnya juga kita harus rela dibawah.Asalkan masih pada satu poros yang tertuju padaNya, kita pasti akan kembali naik ke atas.Irama itu tentu tidak akan membosankan bila kita melewatinya dengan lapang dada, dengan hati yang ikhlas.

Natal tahun ini istimewa, perhatianNya luar biasa dalam setiap waktu yang saya lalui.Bukan hanya diberi kesempatan “mudik” dan merayakan Natal bersama orangtua dan keluarga, saya juga diberi waktu untuk melihat kembali jalur yang sudah saya lalui dan fokus terhadap tujuan hidup.

Terkadang, kalau kita berani merenung sejenak, kita berani jujur dengan diri kita sendiri, Dia selalu menyelipkan hal-hal yang sangat istimewa buat kita, meskipun seringkali juga kita tidak menyadarinya, bahkan ketika kita terpurukpun Dia slalu ada.

Istimewa Natal 2008
Salatiga, 11 Januari 2009



Tidak ada acara khusus dalam menyambut Natal tahun ini, walaupun demikian setiap moment Natal punya kenangan tersendiri bagi kita.

Tahun Baru Semangat Baru

0 komentar

Mungkin akan banyak tulisan yang akan tersaji di blog ini, tapi semua sedang disiapkan.Tunggu saja.Salam.Kikis Istianta.

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur