Mengasihi Musuh?

2 komentar

Mengasihi musuh? Yang benar saja, bisa nggak kita mengasihi musuh kita, jangankan mengasihi, memandang, menegur saja jauh dari pikiran kita dan yang sering kita lakukan adalah berharap ada sesuatu yang berat menimpanya.

Ketika kita tidak suka dengan orang lain, entah itu sikapnya, perkataannya, tingkah lakunya, maka yang ada adalah timbul rasa jengkel, timbul rasa tidak enak, dan timbul rasa marah, geram.

Setiap perbuatan yang melukai hati kita, ataupun perkataan yang menyinggung perasaan kita, kerapkali menjadi pemicu dendam dan tentu secara otomatis akan tercipta “musuh” dalam lingkungan kita yang pada akhirnya timbul gap/perbedaan dalam strata lingkungan kita.Mungkin kalau boleh dikelompokkan, akan muncul kelompok pengumpat, kelompok penggosip, kelompok pengkritik, dan lain sebagainya.

Ketika penciptaan musuh sudah selesai, hal yang yerjadi berikutnya adalah saling tuding, saling menyalahkan, tanpa melihat lagi norma, nalar, logika yang belaku, intinya, musuh kita pasti yang salah, tidak ada yang salah dengan kita, kita merasa benar, kita merasa superior, kita merasa lebih, yang pada buntutnya berakhir dengan munculnya kesombongan dalam diri kita.

Apa ada untungnya? ( Renungkanlah )

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu…(Lukas 6:27)

Pada bagian ini Tuhan Yesus memberitahukan bagaimana kita harus hidup dengan bersama orang lain.Kita wajib mengikuti tuntutan yang telah digariskan.

1. Mengasihi musuh kita, bukan berarti mengasihi dengan kasih emosi, seperti menyukai musuh kita, melainkan menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap kebaikan dan keselamatan kekal mereka.Karena kita tahu betapa dahsyatnya nasib yang menantikan mereka ang melawan Allahdan umatNya, kita harus mendoakan mereka dan berupaya, dengan jalan membalas kejahaan dengan kebaikan unuk membawa mereka kepada Kristus dan iman kepada Injil.
2. Mengasihi musuh kita, bukan berarti berpangku tangan sementara para pelaku kejahatan terus – menerus melakukan perbuatan jahat mereka.Jika dipandang perlu demi kehormatan Allah, kebaikan atau keamanan orang lain, atau demi kebaikan akhir orang fasik itu, maka tndakan yang keras harus diambil untuk menghentikan kejahatan.

Dengan demikian, seharusnya apa yang kita lakukan dengan musuh kita justru melebihi apa yang kita lakukan untuk kawan kita.Itulah salah satu citra yang ingin Tuhan nyatakan pada kita ---- meskipun musuh menjadi bagian yang tidak menyenangkan, tapi selama kita hidup, pasti ada terselip musuh2 kita ---- bahwa kita tidak bisa terlepas dari kuasaNya, bahwa Dia ingin kita mempunyai hubungan yang erat denganNya dalam memutuskan persoalan yang melanda kita dengan musuh kita.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sanggupkah kita melakukannya atau masihkah terbawa egoisme kita ?

Salatiga, 21 Desember 2008



Mengasihi musuh? Yang benar saja, bisa nggak kita mengasihi musuh kita, jangankan mengasihi, memandang, menegur saja jauh dari pikiran kita dan yang sering kita lakukan adalah berharap ada sesuatu yang berat menimpanya.

Istimewa

2 komentar

Tidak ada acara khusus dalam menyambut Natal tahun ini, walaupun demikian setiap moment Natal punya kenangan tersendiri bagi kita.

Istimewanya Natal bukan terletak pada bagaimana kita merayakannya, namun menurut saya lebih terbeban untuk menjawab pertanyaan bagaimana diri kita memaknai Natal ?
Moment Natal membuka lembaran baru bagi hidup kita, terutama untuk mengarahkan kembali tujuan hidup kita yang sesungguhnya.Kita rasanya kembali diingatkan, kita diminta untuk intropeksi diri, kita diwajibkan untuk menata kembali kehidupan kita dengan lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Bukan suatu kebetulan apabila setelah merayakan Natal kita juga menyambut tahun baru.Apa yang sudah kita dapatkan, apa yang sudah kita lalui di tahun kemarin menjadi pelajaran yang sangat berharga dalam kehidupan kita, pengalaman itu menjadi dasar bagi setiap tujuan yang hendak kita capai.

Dalam memaknai Natal tahun ini, saya merefleksikan kembali setiap langkah yang sudah saya jalani dan lakukan.Tanpa kekuatanNya, mustahil saya dapat melakukannya sendiri.Awal tahun 2008, saya sungguh bersyukur dengan suasana baru, pekerjaan baru, dan kehidupan yang baru, meskipun kami mulai kembali dari nol.Dukungan sahabat, rekan kerja, saudara, menjadi pemicu yang luar biasa dalam menyikapi kehidupan yang harus kami jalani diawal tahun ini.Banyak hal tak terduga, yang dulunya hanya angan-angan, yang dulunya hanya sebatas pemikiran, ternyata menjadi kenyataan.

Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau."Sebab itu dengan yakin kita dapat berkata : “Tuhan adalah Penolongku.Aku tidak akan takut.Apakah yang dapat dilakukan manusia terhadap aku?” ( Ibrani 13 : 5- 6 )

Saya teringat ayat ini karena terkadang kita lebih sering terlena ketika kita mendapatkan yang lebih banyak, dan kita lebih sering mengeluh ketika kita mendapat sedikit.Ayat ini mengingatkan kita kembali bahwa dalam segala sesuatu yang sudah Tuhan rancangkan dan yang sudah kita terima serta kita jalani akan membentuk pola hidup kita dalam menyikapi sebuah keadaan. Kita diwajibkan untuk senantiasa bersyukur, meskipun milik kita di dunia ini sangat terbatas atau keadaan kita sangat berat, kita tidak perlu takut bahwa Allah akan meninggalkan atau mebiarkan kita.Alkitab nenyatakan bahwa Bapa di sorga memperdulikan kita.Kita dapat menggemakan seruan pemazmur , “ Tuhan adalah penolongku, aku tidak akan takut.”.Hal ini ditegaskan dengan keyakinan pada saat – saat kesesakan, pencobaan, atau kesulitan lain ( Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan ).

Di dalam perjalanan karir yang baru saja saya rintis ini memang tidak selalu mulus dan lancar –lancar saja, bahkan dari awal perkiraan saya tentang pabrik baru yang saya masuki tampaknya meleset dari angan-angan saya.Meskipun demikian rintangan pekerjaan tidak membuat kita patah arang, justru mendidik kita untuk kita lebih peka terhadap situasi. Memasuki bulan ke tiga, perusahaan bermasalah dengan ijin pemerintah, dan proses produksi dihentikan, ditambah dengan kondisi keuangan perusahaan yang tidak stabil.Perusahaan untuk sementara tutup, meskipun saya masih dipertahankan untuk tetap bekerja.Tentu dampaknya sangat terasa. Kita punya rencana, Tuhan punya kehendak.
Musibah kecelakaan menimpa saya, kurang lebih satu bulan saya off. Mungkin inilah titik di mana kita boleh belajar untuk memahami makna hidup untuk tetap memuliakan Dia.
Akhir bulan ke tujuh, saya mengambil keputusan untuk mundur, setelah saya diterima bekerja di perusahaan lain.Puji Tuhan.

Saya memaknai bahwa perjalanan hidup yang saat ini kita jalani ibarat sebuah roda yang tengah berputar.Kita berada disisi terluar dengan tetap pada satu poros.Terkadang kita berada di atas, ada saatnya juga kita harus rela dibawah.Asalkan masih pada satu poros yang tertuju padaNya, kita pasti akan kembali naik ke atas.Irama itu tentu tidak akan membosankan bila kita melewatinya dengan lapang dada, dengan hati yang ikhlas.

Natal tahun ini istimewa, perhatianNya luar biasa dalam setiap waktu yang saya lalui.Bukan hanya diberi kesempatan “mudik” dan merayakan Natal bersama orangtua dan keluarga, saya juga diberi waktu untuk melihat kembali jalur yang sudah saya lalui dan fokus terhadap tujuan hidup.

Terkadang, kalau kita berani merenung sejenak, kita berani jujur dengan diri kita sendiri, Dia selalu menyelipkan hal-hal yang sangat istimewa buat kita, meskipun seringkali juga kita tidak menyadarinya, bahkan ketika kita terpurukpun Dia slalu ada.

Istimewa Natal 2008
Salatiga, 11 Januari 2009



Tidak ada acara khusus dalam menyambut Natal tahun ini, walaupun demikian setiap moment Natal punya kenangan tersendiri bagi kita.

Tahun Baru Semangat Baru

0 komentar

Mungkin akan banyak tulisan yang akan tersaji di blog ini, tapi semua sedang disiapkan.Tunggu saja.Salam.Kikis Istianta.

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur