Mengasihi Musuh?


Mengasihi musuh? Yang benar saja, bisa nggak kita mengasihi musuh kita, jangankan mengasihi, memandang, menegur saja jauh dari pikiran kita dan yang sering kita lakukan adalah berharap ada sesuatu yang berat menimpanya.

Ketika kita tidak suka dengan orang lain, entah itu sikapnya, perkataannya, tingkah lakunya, maka yang ada adalah timbul rasa jengkel, timbul rasa tidak enak, dan timbul rasa marah, geram.

Setiap perbuatan yang melukai hati kita, ataupun perkataan yang menyinggung perasaan kita, kerapkali menjadi pemicu dendam dan tentu secara otomatis akan tercipta “musuh” dalam lingkungan kita yang pada akhirnya timbul gap/perbedaan dalam strata lingkungan kita.Mungkin kalau boleh dikelompokkan, akan muncul kelompok pengumpat, kelompok penggosip, kelompok pengkritik, dan lain sebagainya.

Ketika penciptaan musuh sudah selesai, hal yang yerjadi berikutnya adalah saling tuding, saling menyalahkan, tanpa melihat lagi norma, nalar, logika yang belaku, intinya, musuh kita pasti yang salah, tidak ada yang salah dengan kita, kita merasa benar, kita merasa superior, kita merasa lebih, yang pada buntutnya berakhir dengan munculnya kesombongan dalam diri kita.

Apa ada untungnya? ( Renungkanlah )

"Tetapi kepada kamu, yang mendengarkan Aku, Aku berkata: Kasihilah musuhmu, berbuatlah baik kepada orang yang membenci kamu…(Lukas 6:27)

Pada bagian ini Tuhan Yesus memberitahukan bagaimana kita harus hidup dengan bersama orang lain.Kita wajib mengikuti tuntutan yang telah digariskan.

1. Mengasihi musuh kita, bukan berarti mengasihi dengan kasih emosi, seperti menyukai musuh kita, melainkan menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap kebaikan dan keselamatan kekal mereka.Karena kita tahu betapa dahsyatnya nasib yang menantikan mereka ang melawan Allahdan umatNya, kita harus mendoakan mereka dan berupaya, dengan jalan membalas kejahaan dengan kebaikan unuk membawa mereka kepada Kristus dan iman kepada Injil.
2. Mengasihi musuh kita, bukan berarti berpangku tangan sementara para pelaku kejahatan terus – menerus melakukan perbuatan jahat mereka.Jika dipandang perlu demi kehormatan Allah, kebaikan atau keamanan orang lain, atau demi kebaikan akhir orang fasik itu, maka tndakan yang keras harus diambil untuk menghentikan kejahatan.

Dengan demikian, seharusnya apa yang kita lakukan dengan musuh kita justru melebihi apa yang kita lakukan untuk kawan kita.Itulah salah satu citra yang ingin Tuhan nyatakan pada kita ---- meskipun musuh menjadi bagian yang tidak menyenangkan, tapi selama kita hidup, pasti ada terselip musuh2 kita ---- bahwa kita tidak bisa terlepas dari kuasaNya, bahwa Dia ingin kita mempunyai hubungan yang erat denganNya dalam memutuskan persoalan yang melanda kita dengan musuh kita.

Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah sanggupkah kita melakukannya atau masihkah terbawa egoisme kita ?

Salatiga, 21 Desember 2008



Mengasihi musuh? Yang benar saja, bisa nggak kita mengasihi musuh kita, jangankan mengasihi, memandang, menegur saja jauh dari pikiran kita dan yang sering kita lakukan adalah berharap ada sesuatu yang berat menimpanya.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Mengasihi musuh itu sulit banget. Mustahil deh kalau bukan Tuhan yang menolong kita.

IESP93 mengatakan...

Biar Tuhan yang membentuk karakter kita.

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur