Cangkir



Dari khotbah yang disampaikan pagi ini, banyak hal yang menjadi inspirasi saya untuk menulis.Salah satu diantaranya adalah ilustrasi mengenai cangkir teh.Beberapa hari yang lalu, dikisahkan ada acara reuni murid-murid yang bermaksud melakukan silaturahmi ke tempat mantan guru mereka.Untuk menyambut kehadiran mantan muridnya,sang guru ini membuat racikan teh istimewa untuk disuguhkan.Berhubung murid yang datang banyak, maka gelas atau cangkir pun bervariasi, ada yang terbuat dari porselen, dari kaca, dan dari plastik.Teh ini rasanya manis, segar, dan disajikan dalam keadaan hangat, karena sesuai dengan iklim di Salatiga yang berhawa dingin.Satu persatu murid mengambil sesuai dengan wadah yang disediakan, ada yang mendapat cangkir porselen dalam kondisi bagus, ada yang menggunakan gelas plastik,atau ada yang mendapat gelas kaca.Nah, kalau diperhatikan, apaun kondisi wadah yang dipakai, ternyata tidak penting, yang terpenting adalah isinya, the yang manis, segar dan hangat.Ya, isi dari berbagai macam gelas itulah yang paling bermakna, teh yang bisa dirasakan, yang bisa dinikmati.
Hampir sama dengan kehidupan kita, cangkir atau gelas itu menandakan pembungkus luar yang ada dalam jiwa kita, sedangkan the manisnya adalah hati kita.Kadangkala kita dibungkus oleh cangkir porselen yang indah, yang menandakan kemakmuran secara materi, kadang kita dibungkus oleh gelas seng yang sudah “lecek”, menjalani hidup yang pas-pasan saja, namun apalah arti pembungkus jika isi yang terkandung didalamnya tidak semanis dan selezat isinya?

Sudah sepantasnya kita kagum dan bangga dengan apa yang sudah dicapai oleh rekan-rekan ataupun sahabat dan saudara kita tentang keberhasilan dan jerih payah usaha mereka sehingga mereka layak di sebut sebagai orang sukses.Meskipun kita hanya bisa bergumam, menyebutnya didalam hati, ow ternyata sudah sukses, dulu jalan kaki sekarang bermobil, dulu selalu ngebon, sekarang jadi tukang traktir.Perubahan itu semoga tidak menjadikan hati mereka menjadi lain dengan hati yang dulunya diliputi ketulusan, tidak membawa efek yang negatif bagi sesamanya yang belum berhasil, namun menjadi pemicu agar dapat berhasil seperti mereka.


Kita tidak bisa memiliki semua yang terbaik di dunia ini, namun kita bisa memberikan yang baik dari apa yang sudah kita miliki.

3 komentar:

DV mengatakan...

Anda hebat bisa menulis sedemikian kuat hanya bersumber dari gelas/cangkir! Salut!

Riris mengatakan...

Wah..tampilan blognya jadi cakep nich. Isi nya juga cakep banget. Rasanya semua kita sudah harus belajar untuk memberi yang terbaik ya?

Q - Kiss mengatakan...

@ DV : trimakasih sudah mendapat pujian, @ : riris, kita berikan yang terbaik saja, GBU ALL

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur