Catatan Kecil ( Bijaksana )


Angkutan kota itu hanya ditumpangi oleh beberapa orang saja, sementara anak saya duduk di belakang sambil bernyanyi,  ibunya sedang memeperhatikan percakapan antara dua orang ibu yang sama – sama naik ke jurusan yang sama.


Seorang ibu yang berprofesi sebagai pengumpul barang bekas, seorang  pemulung, tengah bercakap-cakap dengan penumpang di sebelahnya.

Susah ya bu, cari barang bekas, sekarang ini…”

“Apalagi sekarang, banyak yang jadi pemulung dadakan, cari rosok saja pakai mobil, pakai motor…”jawab si ibu pemulung.


Memang, kalau kita perhatikan dilingkungan kita, pemulung era sekarang lebih maju, mereka keliling dengan menggunakan mobil, motor, dan tentu saja dengan hasil yang berlipat dibandingkan dengan pemulung yang hanya berjalan kaki.

“Tapi, Gusti itu tidak pernah tinggal diam lho,bu, yah meskipun semakin banyaknya pemulung pake mobil dan penghasilan saya jelas jadi berkurang, namun kok ya, saya masih dapat jatah, saya masih diberi rejeki, masih cukup buat hidup” kata si ibu pemulung.

“Gitu ya, bu?”

“Ya…..mbok wis ben (biar sajalah), mereka kan juga cari makan, tapi ya itu tadi meskipun begitu, saya masih diberi bagian kok, kabeh kan wis diatur karo sing Nggawe Urip,” sambungnya lagi.


Bijaksana.Itulah yang diungkapkan oleh istri saya, bagaimana tidak, ditengah sengitnya usaha manusia mencari uang, penghasilan, yang munculnya persaingan usaha, sikut sana-sikut sini, ternyata masih ada orang yang mau mengalah, orang yang menyadari, orang yang mau mengerti kehendakNya, bahwa Dia memberikan yang terbaik bagi umatNya, memberi bagian yang pantas ia terima.Ucapan apa adanya dari seorang ibu pemulung merupakan bukti bagaimana dia bisa menerima dengan positif kehidupan yang tengah dijalani.


Salam

6 komentar:

Riris Ernaeni mengatakan...

wah, kalau menurut pendapat saya itu bukang "ngalah", Mas. Tapi seleh, pasrah dan percaya kepada Yang Gawe Urip. Dan tindakan ini memang patut dilabeli : bijaksana

Q - Kiss mengatakan...

He...he...mngkn begitu ya...trims Riris.

Anonim mengatakan...

Hmm...salut ya sama ibu itu...dia nggak ngedumel, nggak jelek-jelekin orang lain karena iri...pasrah kepada Gusti-nya...

Jadi pengingat untukku, untuk selalu mensyukuri apa yang telah kudapat...
Terima kasih sharingnya, Mas...

Q - Kiss mengatakan...

@ Nana : itu realitanya, trims.

edratna mengatakan...

Dalam kehidupan kita sekarang, melihat orang berebut mencari rejeki kesana kemari, saya perhatikan, yang paling bahagia adalah orang yang sumeleh....Bekerja, namun tidak ngoyo sampai melupakan keluarga, mengejar materi tak habis2nya. Dan kenyataannya, kita percaya Allah telah memberi rejeki kita masing-masing.

"Rejeki kita tak mungkin ditukar sandal jepit," kata teman saya.

Q - Kiss mengatakan...

Ya, betul bu, wah saya jadi terkesan dengan rejeki yang tidak bisa ditukar dengan sandal jepit...semua ada masanya, ada waktunya, dan benar lho bu, kalau rejeki tidak akan jauh dari kita sepanjang kita berusaha dengan benar...terima kasih.Salam.

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur