Instan ?

Pernah mendengar kata instan?
Banyak produk-produk instan bertebaran disekitar kita dan kalau diperhatikan, ke”instan”nan tersebut ditawarkan untuk memudahkan kita dalam menggunakan atau memanfaatkannya.
Sebut saja mie instan.Sekali kita membelinya, kita dengan mudahnya dapat segera menyantap hidangan mie dengan berbagai aneka rasa, mau yang goreng atau yang rebus.Juga beberapa produk lain.Tidak ketinggalan pula produk-produk instan selalu dibumbui dengan kata-kata mudah, praktis,lebih hemat,dan bahasa – bahasa promosi lain supaya kita dianjurkan untuk cepat-cepat memakainya.

Beberapa tayangan di seputar dunia maya kita, internet, juga banyak ditawarkan produk-produk instan, dan yang sering ditawarkan adalah bagaimana untuk cepat kaya.Kaya dengan cara instan.Tanpa susah-susah sudah dapat penghasilan ratusan ribu, jutaan, bahkan sampai puluhan juta.Dan mungkin saja, “peluang” ini dijadikan ladang emas yang menggiurkan bagi mereka yang ingin merubah nasib.
Semua yang serba instan begitu menawan, mempesona.

Pada akhirnya topik instan ini menjadi perdebatan hangat dalam forum diskusi kami beberapa hari lalu, dan yang menjadi pokok pikiran adalah instan yang bagaimana?

Maskipun instan, tetap ada waktu,tetap ada proses, tetap ada tahapan-tahapan yang harus dijalani, dan sangat mustahil ( setahu saya ya ) ketika kita menggunakan produk-produk instan ini kita langsung hap hap hap memakainya, kecuali kita “kepepet/sorry : ngragas”,ya kan?Mie instan tadi di rebus dulu, diberi bumbu, baru disajikan, dan hasilnya adalah mie dengan aroma yang menggoda.Hasilnya enak bukan?Ya iya lah,enak.
Instan menjadi kaya, tetap ada tahapannya, buka rekening ini dan itu, setor ini dan itu, hasil ini dan itu, cara kerja ini dan itu, dan semua ini dan itu pasti memakan waktu, pakai proses, ya kan?

Dan ternyata semua harus diawali dengan satu hal yang namanya kerja.Tidak mungkin kita memetik hasil kalau kita tidak melakukan sesuatu.

II Tesalonika 3:10
Sebab, juga waktu kami berada di antara kamu, kami memberi peringatan ini kepada kamu: jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan.

Untuk itu, wajib kita renungkan, seenak apapun,semudah apapun, sesukar apapun yang kita lakukan dalam setiap pekerjaan kita, akankah lebih baik kita syukuri dan kita nikmati saja?

Dia pasti tahu, apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan kita saat ini dan tentu saja disediakanNya bagi kita yang percaya.

Salatiga, subuh 05:23

13 komentar:

edratna mengatakan...

Segala yang instant sebaiknya memang hanya dinikmati untuk sesekali saja, karena tetap enak untuk melakukan sesuatu dengan persiapan matang, kerja keras, karena kepuasan batin yang diperoleh sangatlah berbeda

Q - Kiss mengatakan...

setuju, bu.

Riris Ernaeni mengatakan...

tidak semua yang instan itu buruk, tapi kalau terlalu menyukai yang instan kita akan melewatkan satu moment berharga yaitu : PROSES.

Padalah dari PROSES itu kita banyak belajar hal-hal yang membuat kita makin bijak.

Q - Kiss mengatakan...

betul Ris, PROSES itulah yang membuat kita harus belajar, harus bersabar, harus legawa...thanks.

diNa mengatakan...

instan itu ga ada puas-puasnya mas.. yg bikin adrenalin naik turun kan prosesnya.. bener ga sih? :)

nh18 mengatakan...

Di banyak situasi ...
Yang bersifat instani itu ... kurang berseni ...
Kurang berirama ...

Hehehe
(nyambung nggak ya komen saya ?)

Salam saya
(kunjungan balasan ...)

Q - Kiss mengatakan...

@ Meidy : yups benar, setiap usaha pasti butuh proses, enjoy with proses na, @om trainer : ya tergantung sisi pandangnya donk, tapi lewat proses lah segala sesuatu lebih berirama. GBU All.

Anonim mengatakan...

Hmmm...kalau terlalu mengkonsumsi makanan dan minuman instan, kadang kita juga jadi teledor lho, menggampangkan sesuatu, atau, pukul rata semuanya.
Contohnya nih: mi instan, saking seringnya, semua merek kita perlakukan sama, padahal, satu merek minta direbus, yg lain cukup diseduh, nah loh, hsilnya beda kan?

Ada makanan instan yang harus di frezzer, tapi karena sesama jenisnya cukup di-refri, lalu makana tadi salah treatment dan ..jadi rusak..

itu makanan dan minuman duniawi.
lha untuk makanan rohani, contohnya orang malas membaca Kitab Suci sendiri, karena toh sudah ada pakarnya yg akan menguraikannya utk kita, pakai analogi yg pas dgn jaman sekarang pula...
hmm...ini menurutku lho Mas... :)

Q - Kiss mengatakan...

betul, ambil positifnya saja ya, bu?

DV mengatakan...

Aku tak menolak semua yang instan asal penggunaannya hanya untuk mengganti sementara yang non-instan.

Tapi kalau soal instan ini jadi pilihan hidup, ya sekujur hidup akan menjadi instan pula :)

Tulisan yang bagus dan petikan ayat Kitab Suci yang menyejukkan!

Salam!

Q - Kiss mengatakan...

OK aku setuju Don, untuk mencapai sesuatu pasti ada proses.GBU.

Q - Kiss mengatakan...

OK aku setuju Don, untuk mencapai sesuatu pasti ada proses.GBU.

brillian collection mengatakan...

om Q-kisss kog gak di update nih blognya?

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur