PROSPEK


Wah, judul tulisan di atas mengingatkan saya tentang dunia marketing yang dulunya saya lakukan untuk sebuah perusahaan dimana saya bekerja pada saat itu.Sekali lagi, tulisan ini bukan bermaksud untuk menggembar-gemborkan kegiatan yang saat ini tengah saya jalani, namun lebih tertuju pada beberapa pengalaman yang saya dapati setelah saya “berguru” pada sebuah sistem yang saat ini saya geluti.

Seringkali,  kita tidak sadar bahwa 90% hidup kita tidak bisa terlepas dari dunia marketing, sebut saja ketika sang istri memasak makanan yang menurut saya enak sekali pasti saya akan mempromosikan hal itu kepada saudara, tetangga, relasi , atau sahabat saya, paling tidak untuk mencicipi, benar kan?Dan ketika dicicipi, rasanya luar biasa enak, ada sedikit sanjungan, dan itu membuat kita bangga, tapi jangan sombong ya?Bangga merupakan bentuk penilaian tersendiri, ada rasa puas, dan itulah yang saya sebut sebuah keuntungan, bukan secara materi tapi non materi.Kalau secara materi, pasti sang empunya pencicip akan bilang, aku dibuatkan dong seperti ini, dan akhirnya, dia akan bilang,  harganya berapa ya?Nah kalau sudah bicara harga,  itu keuntungan materi.Dari hobi, kegiatan rutin bisa mendatangkan keuntungan baik materi ataupun non materi. Jadi dari hal sederhana yang ingin saya ungkapkan bahwa ternyata sebagian besar kehidupan kita  tidak terlepas dari yang namanya dunia marketing.

Kenapa saya yang dipilih?

Ini dia bahasan awal yang ingin saya ungkapkan, dan ini salah satu hal dari sekian banyak hal yang sangat menarik perhatian saya.Ketika saya ingin mempresentasikan sebuah usaha, saya seringkali mendapati pertanyaan, mengapa saya?Mas kok milih saya saya, sih?
Jujur pertama kali saya jadi bingung, namun untuk pertama kalinya juga saya mengatakan bahwa kamu kan teman saya, jadi wajar dong kalau kamu jadi yang pertama yang saya ajak memulai usaha bersama ini.Itulah jawaban saya.
Tidak berhenti begitu saja, pengalamanlah yang ambil peranan, artinya semakin banyak kita mengenal orang, semakin banyak kita presentasi, kita secara otomatis jadi tahu bagaimana cara memilih dengan tepat topik bahasan yang menarik yang sesuai dengan keinginan konsumen, dan biasanya itulah yang menjadi goal kita, tujuan kita, supaya mereka tertarik untuk menjalani usaha bersama kita.

Beberapa hari yang lalu, saya mengikuti sebuah event , memperkenalkan sebuah produk baru untuk perusahaan saya sekarang ini, dan ternyata dalam event tersebut, ada seseorang yang menarik perhatian saya, membawa tustel besar lengkap dengan zoomingnya, layaknya seorang fotografer profesional, saya iseng mendekati dan bertanya, sudah lama menjalani profesi ini?dia menjawab, baru satu minggu pegangnya, saya timpali juga dengan jawaban saya bahwa saya juga senang motret, akhirnya pembicaraan itu nyambung, dan singkat cerita saya berhasil mendapatkan nama sekaligus no hp.Saya tertarik karena menurut saya dia punya kepibadian yang menarik, mengingatkan saya pada mantan pacar saya, hmmmm….
Karenanya saya ingin sekali saya prospek dia, dan berhasil, kami bikin janji dan bertemu.
Bla,bla,bla saya ceritakan secara singkat bagimana usahanya, ditengah jalan dia bertanya, kenapa milih saya, mas?

Pertanyaan itu terjawab demikian, Anda sangat potensial, dan Anda sepertinya punya telenta untk dapat menjalankan usaha ini, dan satu lagi yang bisa saya tangkap dari sorotan mata Anda, bahwa Anda punya kepribadian yang sangat menarik, maaf, mengingatkan saya pada seseorang yang merubah kehidupan saya.

Wussss, sepertinya apa yang saya ungkapkan dibalas dengan sebuah perkataan yang menyejukkan, kenapa setiap orang bisa mengatakan hal itu kepada saya?

Ya, karena Anda punya sesuatu yang orang lain tidak punya.Titik.Itulah akhir kalimat saya, kenapa saya menyatakan saya respek sekali terhadap dia, dan memang saya berkata apa adanya,tidak bermaksud menerbangkan atau meninggikan dia supaya mau bergabung dengan usaha yang saya jalani,tapi pada dasarnya dia memang punya telenta itu.

Saya menanyakan juga, apa punya account di situs jejaring? Tidak, saya tidak punya, banyak orang yang bilang bahwa saya aneh, mereka heran, jawabnya.
Obrolan sore hari itu menyisakan sedikit pertanyaan konyol dalam hati saya, prospekan saya kali ini orang yang  misterius dan tidak mudah ditebak.

Salah satu pengalaman prospek saya kali ini, mengingatkan saya akan sebuah pelajaran berharga untuk mengenal DIA, seandainya saja saya mengikuti ego saya, dan kemauan saya sendiri, saya tidak akan jadi seperti ini.Biarlah kita menyerahkan hidup kita untuk diprospek Tuhan dengan caraNya yang ajaib, melalui sahabat, teman dekat, saudara, atau bahkan orang lain, yang sebenarnya, mereka ternyata perduli terhadap hidup kita.

Minggu dinihari 01:17 WIB

God Bless Us !

1 komentar:

Riris Ernaeni mengatakan...

Wedew..jadi tambah penasaran..bisnis apa sih yang sedang digeluti Mas Kikis.

Tentang kita dan DIA..rasanya kebanyakan DIA yang memprospek kita, agar kita menerima segala kelimpahan-Nya.

Nice Posting!!

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur