Ketika Harus Memilih



Hidup adalah sebuah pilihan, demikian salah satu pernyataan yang sering kita dengar.Dalam kehidupan ini memang hanya ada dua pilihan, ya atau tidak.

Beberapa hari yang lalu, saya mewancarai seorang calon tenaga kerja, yang kemungkinan akan kami tempatkan di bagian kontrol kualitas produk.Setelah bertemu, dan mulai wawancara, dia tampak bingung, menyebut nama Tuhan berkali-kali, dan mempunyai problem mendua, artinya saat ini si anak ini butuh pekerjaan, disisi lain dia baru saja masuk kuliah untuk mengambil akta mengajar.Solusi yang direncanakan anak ini adalah dua-duanya bisa sejalan.Namun berdasarkan prosedur, kami tidak dapat memberikan kesempatan yang seperti diharapkannya.Akhir dari wawancara itu saya menegaskan supaya memilih salah satu, kerja atau kuliah.Saya juga menyelipkan saran, bahwa di dalam menjalani kehidupan ini hendaknya fokus pada satu tujuan, meskipun berat dalam memilih, namun tetap harus dilakukan, pilihan hanya ada dua, ya dan tidak.Dengan berat hati dan perasaan sedih dia memutuskan untuk menunda kerja dan melanjutkan kuliah serta berharap ke depannya diberi kesempatan bekerja.

Ilustrasi itu menggambarkan bagaimana seandainya kita dihadapkan pada dua pilihan, betapa beratnya, kita memikirkan sampai berhari-hari, kita berusaha memohon supaya kita dapat memilih dengan benar.

Pilihan harus dipikirkan secara matang, dengan akal yang sehat, dengan kepala dingin, dengan penuh pertimbangan, kalau perlu diukur juga untung dan ruginya.Pilihan yang asal akan berdampak pada kehidupan kita selanjutnya.

Demikian halnya ketika pilihan itu mempunyai efek yang “abadi”, sebagaimana keimanan kita, memilih “ndherek Gusti Yesus”, bukan hanya menikmati berkatnya saja, namun juga memerlukan pengorbanan diri seutuhnya, lahir dan batin, meneladani firman dan melaksanakannya.Atau ketika kita memilih seorang pendamping hidup,suatu pergumulan yang luar biasa.Pendamping dikala susah dan senang, mendampingi sampai maut memisahkan.Bukan hal yang main-main, bukan sekedar habis manis sepah dibuang.

Memilih, bukan hanya sekedar memilih.Dengan kemantapan, dengan keyakinan dilandasi iman, pilihan bukan menjadi hal yang menakutkan.

Salatiga, 23 Januari 2009


0 komentar:

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur