Zona Nyaman


Satu hal yang paling menakutkan dan mengerikan bagi pertumbuhan keimanan kita adalah zona kenyamanan.
Jum’at pagi 03:00 WIB

Pagi ini saya terbangun, dengan mata yang masih terkantuk-kantuk saya buka komputer dan mulai mengerjakan beberapa hal diantaranya menyusun dan menata beberapa artikel –artikel dari kantor.Pagi yang dingin, dan pagi yang sepi.Sambil mengedit artikel saya hidupkan radio disamping saya.Sebuah khotbah dari stasiun radio terdekat menceritakan tentang zona kenyamanan.
Saya tidak akan mengulas zona kenyamanan itu sendiri dari perspektif pengkhotbah, namun saya lebih tertarik untuk memberikan komentar tersendiri terhadap kata nyaman yang ( mungkin saja ) menjadi tujuan akhir dalam meniti sesuatu, entah karir, pekerjaaan, bahkan tujuan hidup.

Kita tentu menginginkan agar kehidupan kita diberkati, baik-baik saja, tidak ada masalah besar, berjalan sesuai dengan apa yang kita inginkan.Seringkali, kita merasa bahwa dengan segala jerih payah yang kita lakukan selama ini, ternyata sudah membuahkan hasil.Dan pada akhirnya terlontar kata tinggal kipas-kipas saja.
Dengan semakin mudahnya kita mendapakan sesuatu, mungkin saat ini penghasilan kita melebihi rata-rata, sehingga kita bisa memiliki ini dan itu, rasa-rasanya hidup itu sudah nyaman.Hal-hal yang mengkhawatirkan seolah-olah terhapus dalam benak pikiran kita.

Ketika kita berada pada posisi yang demikian, sedikit banyak akan mempengaruhi kualitas diri kita secara rohani, perlahan-lahan kita terlena oleh ”kesibukan” kita, mulai meninggalkan doa pagi, mulai lupa membaca Alkitab, mulai terlena dengan urusan hiburan yang mengasyikkan, dan mulailah terjadi penurunan kesadaran rohani kita.Seiring dengan berjalannya sang waktu, seolah-olah semuanya sudah terlambat.Dan ketika kita sadar, ternyata...waktu berlalu begitu cepat, saya belum sempat ini dan itu, saya belum, saya belum, saya belum...itu kalau kita sadar, kalau tidak?

Posisi nyaman memang tetap harus kita syukuri sekaligus kita waspadai, bukan berarti hidup yang kita jalani selamanya seperti yang kita inginkan, roda akan terus berputar, ke atas, kebawah, dan suatu saat nanti pasti akan berhenti.Saat kita berada di puncak kejayaan, ingatlah akan berkatNya, demikian juga saat kita berada di bawah kemapanan, ingatlah akan kekuatanNya yang menopang kita.

Dia tidak pernah meninggalkan kita.

Naskah lanjutan, 19 Juli 2009




0 komentar:

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur