BIS KOTA



Ku lari mengejar laju bis kota, berlomba-lomba saling berebutan, tuk sekedar mencari tempat yang ada, kucari dan terus kucari –cari, namun semua kursi telah terisi dan akhirnya aku harus berdiri, bercampur dengan peluh semua orang, dan bermacam aroma, bikin kupusing kepala….serba salah, napasku terasa sesak, berhimpitan, berdesakan, bergantungan, memang susah, jadi orang yang tak punya, kemanapun naik bis kota…( Mas Ahmad Albar-BIS KOTA )


Hem, salah satu transportasi andalan, dan saya merupakan salah satu penggemarnya, dan untungnya lagi, hanya beberapa menit dari rumah saya, saya sudah bisa menghentikan laju bis kota ini.
Semenjak kepindahan saya di Jawa, saya cukup royal dengan bis, artinya ke mana-mana saya selalu pakai bis.Bayangkan saja, dulu kalau saya mau ke kota harus merogoh kocek per orang 15 – 20 ribu rupiah, itu kalau hanya satu orang, kalau 2 orang, sudah 30 ribu, dikalikan dua sudah 60 ribu, dan itu baru ke kabupaten.Kalau ke propinsi mesti naik travel, kurang lebih 100 – 120 rb per orang, kalau 2 orang? Pulang Pergi ?
Sekarang, hanya dengan 6 ribu rupiah, 10 ribu rupiah saya sudah bisa melanglangbuana.

Pertama kali naik bis ke Semarang pada saat itu, saya kaget, kok hanya 5 ribu saja?Apa tidak salah?Saya tanya ke kondektur, memang ke Semarang tarifnya berapa? Gangsal Ewu,  Mas…( Baca : 5 ribu ).Saya tersenyum saja, murah eui! Pulangnya juga begitu, hanya ditarik ongkos 5 ribu.Seneng sekali rasanya.

Banyak ketemu orang-orang baru, apalagi satu tujuan, enak diajak ngobrol, jadi teman.Bahkan yang dulu satu komplek tidak kenal, jadi kenal, eh, malah ketemunya di bis, dan ternyata tetangga an, cuma beda gang saja, ei…bahkan satu almamater.Ada lagi yang nawarin jadi agen kartu perdana, akhirnya kontak-kontakan, dan saya jadi salah satu pelanggannya.
Lucu dan mengasyikkan.

Dukanya?Kalau pagi, berjejalan, berdiri, bergelantungan di pintu.Pernah saya alami, sudah harinya hari Senin, padat, semenjak menghadang tidak ada bis lewat, akhirnya terpaksa berjejalan seperti pindang.Dan fenomena itu saya perhatikan setiap hari, dan teman-teman yang menggunakan bis super padat juga tidak kapok2…memang sudah jadi kebiasaan, jadi dianggap normal-normal saja,mungkin.Safety first, jelas menjadi prioritas utama, jadi memang “terkadang” harus pilah pilih bis juga.Terkadang ada bis-bis langganan saya yang harus mogok dulu ditengah jalan, tidak tanggung-tanggung, hal yang sama juga dialami bis-bis itu dengan nama armada yang sama, entah kepanasan, ban bocor, atau sebab lain, sehingga mengurangi kenyamanan dan ketepatan waktu.Bis Patas saja, kalau tidak pesan dulu, sms dengan kernet atau kondektur, tidak bisa naik.Hal ini saya alami ketika sama-sama mau berangkat, dia bilang, maaf ya saya tinggal, saya sudah pesen kursi.Saya hanya ngedumel, sialan, kenapa gak bilang?

Banyak sekali pengalaman suka dan duka naik bis kota.Dan satu hal : perjalanan yang paling menyenangkan adalah perjalanan pulang ke rumah.Di dalam bis sudah terbayang, wajah-wajah orang-orang yang kita kasihi menyambut kedatangan kita.

Apakah bis kota ini menjadi andalan Anda?

Bis kota maksudnya : bis akdp ya?
Inspirasi Lagu, 01:24

8 komentar:

Bayu Probo mengatakan...

Aku pun penunggang bus--tepatnya metromini. Ada senangnya ada sedihnya.

Q - Kiss mengatakan...

Salam kenal mas Bayu, ya bagi cerita donk...aku dulu di Jakarta tidak pernah naik bis, naiknya malah motor...jadi inget Jadulnya Jakarta nih...ma kasih sudah mampir..

Riris Ernaeni mengatakan...

Saya penggemar Bis yang bermimpi untuk bisa memiliki mobil pribadi. Sebab seenak2nya naik bis, sudah barang tentu lebih enak kalau naik mobil sendiri..betul gak Mas?

Saya lagi sedih soal BIS yg biasa saya tumpangi ke kantor (PPD 79) sudah lama gak ada lagi, jadi kalau dulu saya kekantor cukup sekali naik bis, sekarang ini jadi 3 kali ganti kendaraan...Huh...

DV mengatakan...

Tulisan ini menarik karena mbuat saya jadi ingat masa-masa hidup dan tinggal di Indonesia, khususnya di Jawa.

Tepat katamu, naik bis itu paling enak waktu mau pulang ke rumah.

Aku ingat dulu waktu masih SMA di De Britto dan orang tua tinggal di Kebumen, setiap weekend aku slalu mudik pakai Bus.

Setelah penat sekolah dan nge kost seminggu lamanya, perjalanan pulang naik bis adalah menggembirakan.

Memandang keluar kaca sambil membayangkan orang-orang yang kita sayangi, makanan yang nyaman dan semuanya.

Terimakasih, Anda berhasil membuat saya mellow sore ini hehehehe

Q - Kiss mengatakan...

@ riris : betul, wang sinawang,semoga jurusan itu dibangkitkan lagi, @ DV : namanya juga nostalgia,trims sudah pada berkunjung...

Q - Kiss mengatakan...

@ riris : betul, wang sinawang,semoga jurusan itu dibangkitkan lagi, @ DV : namanya juga nostalgia,trims sudah pada berkunjung...

Anonim mengatakan...

Bis kota ya....
Hmmm...banyak kenangan tentang bis kota. saat masih SMA dan kuliah di Jogja, minimal sebulan sekali pasti pulang ke Muntilan. naik bis kota tentu.
Tapi yang nyebelin, karena Jogja-Muntilan relatif dekat, banyak bis-bis besar yang menolakku. Kadang kalau aku nekat naik juga, kondekturnya pasti manyun..hihi..
Trus, mulai banyak tuh, bis-bis yang lebih kecil. belakangan aku lebih suka bis-bis kecil ini karena lebih "ramah" dan pak sopir nyetirnya lebih ati-ati dan nggak ugal-ugalan...
Jadi kangen ngebis ke kampung halaman deh..

Q - Kiss mengatakan...

@ nana : ya...banyak suka dukanya ya,emang sih,seninya begitu.Makasih sudah mampir...

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur