LAKUKANLAH !



Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.Lukas 6:31

Sesaat saya terdiam, ketika pertanyaan saya dijawab dengan satu alasan yang tidak masuk akal : saya mau resign, pak !
Memang, beberapa saat terakhir ini ada problem antara dia dan atasannya.Komunikasi tidak bisa jalan dengan baik, artinya harapan atasannya terhadap sikap dan pekerjaan tidak sesuai yang diharapkan.Konflik ini terjadi bukan saja antara dia dengan atasan saja ternyata, bahkan dengan rekan – rekan yang lain juga demikian.
Tentunya banyak faktor yang melatarbelakangi kejadian ini, dan sebut saja diantaranya, faktor watak, faktor usia, faktor pengalaman, dan juga pola interaksi yang terjalin.

Saya tidak akan mengulas bagaimana sebenarnya yang terjadi dengan dua teman kerja diatas, namun mungkin  kejadian tersebut menginspirasikan saya untuk ( paling tidak ) mengingat kejadian tersebut sebagai sebuah pengalaman berharga.

Perlu digarisbawahi, bahwa kita dijadikanNya, sesuai dengan gambarNya, bukan secara kebetulan, dan tentu saja setiap individu mempunyai keunikan tersendiri yang mungkin saja kita tidak dapat menyamainya.Kejadian diatas paling tidak mengisyaratkan pada kita keunikan individu yang tercemin dari watak, usia, pengalaman dan juga bagaimana menjalin pola interaksi antar sesama.Kalau saja ada keanehan dalam berkomunikasi, ada problem, ada masalah, tentu kita belum bisa memastikan bahwa ini salah si A, ini salah si B, dan jalan keluar yang terbaik adalah mempertemukan, mencari akar permasalahannya, dan mengambil jalan keluar yang terbaik bagi kedua belah pihak.Memang hal yang tidak mudah, masing-masing pasti bertahan dengan argumennya sendiri.

Benar ! Whats next ?

Awalnya memang demikian namun setelah dicapainya sebuah pengertian, dan tentu saja wajib dipikirkan selama libur panjang kali, keputusan pengunduran diri itu dicabut.Ada beberapa hal yang merubah pikiran itu, dan ketika saya tanyakan, maaf saya sudah membuat keputusan yang konyol ! demikian jawabnya.Tidak berhenti begitu saja, saya menambahkan, kalau kita mau diperhatikan, kita mau di”perhitungkan”, tolong,perhatikan juga orang lain.

Mengapa ?

Dalam sebuah tulisan saya yang lalu, judulnya “Mengasihi Musuh ? “, sungguh satu hal yang sangat bertolak belakang dari kenyataan, musuh kok di kasihani, buat apa?

Dalam Lukas 6 : 27 – 42 Yesus memberitahukan bagaimana kita harus hidup bersama dengan orang lain.Sebagai anggota perjanjian baru , kita wajib mengikuti tuntutan yang telah digariskan, mengasihi musuh bukan berarti mengasihi dengan kasih secara emosi, seperti menyukai musuh kita, melainkan menunjukkan perhatian dan keprihatinan yang tulus terhadap kebaikan dan keselamatan kekal mereka.Karena kita tahu betapa dahsyatnya nasib yang menantikan mereka yang melawan Allah dan umatNya, kita harus mendoakan mereka dan berupaya, dengan jalan membalas kejahatan mereka dengan kebaikan, untuk membawa mereka kepada Kristus dan iman kepada Injil. Mengasihi musuh bukan berarti berpangku tangan sementara para pelaku kejahatan terus menerus melakukan perbuatan jahat mereka, dan jika dipandang perlu demi kehormatan Allah , kebaikan atau keamanan orang lain, atau demi kebaikan akhir orang fasik itu, maka tindakan yang keras harus diambil untuk menghentikan kejahatan itu. ( Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan ).

Dan ternyata, ketika kita sudah bisa berempati terhadap orang lain, ada satu hal yang sungguh kita tidak sadari sebelumnya, buahnya akan kita rasakan, perhatian yang cukup dari orang lain kepada kita senantiasa ada.


17 Oktober 2009
Malam Minggu bersama Agape dan Ketut

0 komentar:

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur