Lega

… Saudara-saudaraku, anggaplah sebagai suatu kebahagiaan, apabila kamu jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan,sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan.Dan biarkanlah ketekunan itu memperoleh buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan suatu apa pun …
( Yakobus 1 : 2 -4 )

Terkadang di saat harapan sirna, seperti halnya dewi fortuna yang tidak mau hinggap dalam diri kita, kita sering merasa sendiri, kita sering juga merasa bahwa kitalah satu-satunya orang di dunia yang mengalami nasib paling buruk.Benar apa tidak?

Berbicara mengenai nasib buruk dan nasib baik adalah satu hal yang relatif.Kita tidak bisa mengidentifikasi dengan benar apakah kejadian yang menimpa kita itu termasuk dalam kategori baik atau buruk.Secara sederhana dapat saya paparkan, ketika saya flu, menurut saya sangat menjengkelkan, apes, tapi menurut istri saya, sesuatu yang baik, dengan diserang flu, saya jadi bisa istirahat, saya bisa intropeksi dengan diri saya sendiri.Dan tambahnya, saya diingatkan untuk tidak usah “ngoyo” dalam mencari uang.
Ada dua sisi memang, baik dan buruk, makanya semua harus dipandang dari berbagai sudut, dan memang jika terserang flu buat saya adalah suatu penderitaan, namun dengan pemikiran yang berbeda itu, saya jadi lebih santai dalam memikirkan kondisi saya, memang badan saya sakit tapi itu jauh lebih baik, dan akhirnya saya bisa berkonsentrasi untuk kesembuhan sakit saya.Ya, memang terkadang kita tidak bisa memungkiri, menebak-nebak nasib buruk dan nasib baik, yang pasti Tuhan punya rencana indah buat kita.
Apalagi disaat sekarang ini, semua berlomba-lomba mencari dan mengejar pekerjaan.Dengan satu tujuan untuk mencari nafkah buat diri sendiri, bagi yang belum berkeluarga,ataupun sebagai bagian dari tulang punggung keluarga.

Memang, ditengah kebutuhan hidup yang nota bene harus kita keluarkan sebagai “biaya”, seringkali menghantui saya dan menimbulkan berbagai pertanyaan, kekhawatiran, bagaimana memenuhinya?Wajar dan tidak wajar saya bertanya begitu, saya rasa sebagian dari kita pasti akan berpikir kembali apabila terkondisi seperti itu.

Nah, di tengah – tengah pergumulan ini, saya diajak dan dicelikkan mata saya oleh Tuhan.Bagaimana tidak? Pagi-pagi saya bangun, bersiap-siap berangkat kerja, naik bis kota yang penuh sesak, mereka ( red : penumpang ) rela berdesak –desakan untuk satu tujuan, bekerja.Saya merasakan, bagaimana mata hati saya di tuntun untuk melihat dan mensyukuri bahwa saya lebih beruntung dari mereka.Belum lagi, ditengah kesumpekan bis kota, lagu-lagu bernuansa cinta di nyanyikan oleh pengamen “cilik”, masih muda sekali, bahkan taksiran saya masih berumur 10 tahunan, dengan membagi –bagikan amplop yang bertuliskan, mohon bantuan, kami mengamen untuk membeli nasi sebungkus, padahal, ketika saya berumur segitu, saya tinggal nodong, minta apa saja di belikan.Belum lagi di sepanjang perjalanan ke kantor, pemulung, pengemis, sedang giat2nya mengais tempat sampah sementara penjaja-penjaja koran berlari-lari mengejar pelanggan, dan masih banyak lagi yang saya lihat, saya rasakan, saya pahami, bagaimana mereka membanting tulang, berkeringat tanpa kenal lelah untuk mencapai kecukupan hidup.
Belum lagi sampai di kantor, di Pos Satpam ada transakasi pinjam meminjam uang, karena belum gajian, dan meskipun saya tahu, kalau bulan ini tidak ada gaji buat mereka, dipotong ini dan itu, dan saya hanya bisa membayangkan, bagaimana nasib keluarga, anak-anak?

Tuhan, Engkau kembali mengingatkan dan menegur saya: Inilah hidup! Jalani saja dengan penuh rasa syukur!

Saya terhenyak, dan sungguh luar biasa,Tuhan tidak pernah tinggal diam.Bahkan lebih dari itu Dia memberikan banyak contoh dan teladan yang kita tidak pernah sangka-sangka datangnya.Hal itu dimulai dari diri kita, teman-teman kita, lingkungan kita, dan yang paling menonjol, permasalahannya ditunjukkanNya justru dari hal yang sepele, hal yang sederhana, hal yang tidak pernah terpikirkan.

Apa yang sebenarnya melanda kita, kesukaan maupun duka cita, itu semua merupakan sebuah perjalanan kasih yang tidak akan sia-sia, sekalipun kita tidak pernah menghayati hari –hari yang kita lalui, entah dilanda kesibukan dan lain sebagainya.

Bagaimana jika kita menghayati dan memperhatikan apa yang sebenarnya Tuhan Yesus inginkan dari hidup kita?Mulai hari ini?

Semarang, 09 04 08

0 komentar:

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur