Mengambil Langkah


Seperti biasa, saya berangkat ke kantor pagi itu.Udara sejuk, namun masih menyisakan kedinginan malam yang tertinggal.Sambil menikmati pemandangan di sepanjang jalan itu, saya juga berkonsentrasi di jalan.Separuh perjalanan sudah saya tempuh, dan situasi masih nyaman, lalu lintas tidak begitu ramai. Tiba-tiba ponsel saya bergetar, dan seketika itu saya menepikan kendaraan, ternyata sang istri mengabarkan bahwa istri atasan saya mampir ke rumah kami.Setelah berbicara seperlunya, kembali saya melanjutkan perjalanan.Tidak berapa lama lagi, saya harus menepikan kendaraan, kali ini rekan kerja saya, menanyakan pekerjaan.Setelah memberikan penjelasan, saya juga mengabarkan bahwa sebentar lagi saya sampai ke kantor, tunggu saja.Begitulah akhir pembicaraan saya, dan kembali saya melanjutkan perjalanan saya.Dalam hati saya berbisik, paling tinggal seperempat jam lagi sampai.

Sampailah saya di trafficlight, berhenti sejenak karena lampu merah masih menyala.Setelah lampu hijau, kendaraan saya lajukan lagi.Tak lama berselang sebuah mobil, tanpa klakson, menyalip dan entah bagaimana, saya tersenggol dan jatuh.Saya terhempas ke aspal dan tangan kiri saya tak bisa digerakkan,Tuhan Yesus, saya jatuh…Saya tak bisa bangun.Akhirnya beberapa orang yang melihat kejadian itu membantu menepikan kendaraan, dan menggandeng saya.Sakit…

Sopir mobil itupun datang, orangnya sudah agak tua, beberapa orang di dekat saya menyarankan supaya di bawa ke rumah sakit saja.Akhirnya dengan menggunakan mobil tadi saya di bawa ke rumah sakit.Saya tidak mempedulikan keadaan, prinsip saya pada saat itu adalah saya dapat diselamatkan.Sampai di rumah sakit, saya di beri ongkos berobat oleh yang empunya kendaraan yang ternyata juga seorang dokter.Ada perasaan sedih, kecewa, menyesal, tapi bagaimana lagi? Semua sudah terjadi.

Di rumah sakit, saya hanya bisa mengerang kesakitan.Meskipun tidak ada luka, tapi ternyata sendi bahu kiri saya meleset dan retak.Sebetulnya saya tidak akan memberitahukan kepada istri maupun saudara saya, akan tetapi melihat kondisi yang demikian saya akhirnya membuang ego saya, saya beranikan menghubungi kakak saya, yang pada akhirnya ikut repot menangggung beban yang saya sandang.Setelah menunggu kurang lebih 8 jam, akhirnya saya di bawa ke ruang operasi, memang tidak di operasi hanya di reposisi saja, saya di bius dan tahu-tahu tangan kiri saya sudah terbalut kain coklat khas penderita patah tulang.

Selesai direposisi, saya disarankan untuk menginap dan ternyata tidak gampang juga mencari kamar inap, setelah beberapa saat mencari kamar inap, dengan terpaksa akhirnya menginap juga di ruang yang VIP.Tidak terbayangkan bagaimana rasanya, tapi namanya sakit, yang penting bisa beristirahat, itu saja titik.

Pagi harinya ketika bangun, saya langsung check up kondisi saya dan dokter menyarankan kepada saya untuk pulang hari itu juga sambil rawat jalan.Administrasi diselesaikan dan ternyata diluar perkiraan, tidak ratusan ribu malah jutaan.Ironis….
Lupakan saja, bersyukur, nggak usah dipikirin, dan berbagai macam “nasehat” saya terima, ketika saya “mengeluhkan” beban biaya pengobatan tersebut. ( Kakak, sahabat, orangtua, saya tidak tahu bagaimana saya harus berterimakasih kepada mereka ).
Pengalaman tersebut bagi saya merupakan moment yang sangat istimewa, meskipun saya tidak mencatat kapan saya mengalami kejadian itu.

Kejadian yang terjadi 2 bulan yang lalu ini saya refleksikan dengan perjalanan hidup yang sudah saya lalui, dan ketika saya renungkan saya bertanya dalam diri saya dan dalam doa- doa saya, Tuhan rancanganku atau rancanganMu kah?Saya akhiri dalam harapan agar kehendak Tuhan saja yang terjadi dalam hidup saya.Beberapa waktu ini pabrik tempat saya bekerja mulai mengalami kebangkrutan beberapa bulan terakhir dan kondisi tersebut berdampak terhadap pemutusan hubungan kerja semua karyawan.Meskipun saya masih dipertahankan, namun beberapa bulan tersebut, tidak ada kegiatan kantor yang saya kerjakan.Hal ini menjadi dilema, saya cocok dengan pekerjaan saya, namun jika tidak ada aktifitas, apa yang harus saya lakukan?Pikiran saya mulai bercabang, ingin pindah kerja.Tidak ada pilihan lain, mengingat kondisi yang semakin tidak menentu di perusahaan.Dengan berat hati saya mulai perlahan-lahan mengurangi kehadiran saya di kantor.
Saya isi aktifitas saya dengan mengirimkan puluhan lamaran kerja melalui berbagai media.Dari beberapa lamaran kerja yang saya kirimkan, sempat saya diinterview dan dipersilahkan menunggu pemberitahuan selanjutnya.
Dalam kebimbangan saya, saya berharap padaNya, Tuhan, saya tahu rancanganMu adalah rancangan yang terindah dalam hidupku, saya serahkan usaha dan dayaku untuk kemulian namaMu.Memang sangat tidak mudah, meninggalkan hubungan baik yang mungkin baru setengah tahun berjalan.

Beberapa waktu setelah saya mengalami kecelakaan, saya dipanggil oleh beberapa perusahaan untuk interview, dan salah satunya menerima saya bekerja, bahkan dengan imbalan yang sangat menarik.Saya dipersilahkan menentukan sendiri kapan saya bisa mulai bekerja.Puji Tuhan, teriak batin saya.Sungguh, saya bersyukur sekali.Langkah awal untuk saya menentukan sebuah keputusan, dan akhirnya saya bertekad untuk berkarir di perusahaan yang baru dan berpamitan dengan atasan perusahaan saya yang lama.Satu keputusan yang saya buat mengakhiri dilema saya.

Kejadian buruk mungkin saat ini kita rasakan sebagai suatu hal yang merisaukan, namun ketika kita kembali pada rasa syukur kita, kita akan senantiasa menemukan harapan-harapan baru dalam jiwa kita, senantiasa ingat bahwa Ia punya rancangan terindah buat kita.


Ya TUHAN, Engkaulah Allahku; aku mau meninggikan Engkau, mau menyanyikan syukur bagi nama-Mu; sebab dengan kesetiaan yang teguh Engkau telah melaksanakan rancangan-Mu yang ajaib yang telah ada sejak dahulu.( Yesaya 25: 1 )


Salatiga, 21 September 2008

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kesaksian yang indah dan menguatkan...
banyak rencana indah yang telah tuhan sediakan buat kita, hanya kita manusia yang tidak bisa mengucap syukur betapa baik dan indahnya rancangan Tuhan. dalam memperoleh tujuan dari rancanganNYA sering kita harus sakit, jatuh, kecewa, bingung tapi asalkan kita setia Tuhan Yesus pasti juga terlebih setia.

Umur saya memang baru 24 tahun, tapi Tuhan sudah berikan saya tanggung jawab yang besar. Sudah berkeluarga 1 anak laki2, keluarga dan saudara2 yang bergantung kepada saya. mulai februari 2008 anak laki2 saya telah mengalami 5 operasi besar, 2 kali operasi torak (kelainan jantung) yang dari kedua operasi tersebut berdampak pada operasi2 lainnya; 2 kali operasi paralisis diafragmna dan dialisis. Tidak mudah melewati semua itu, melihat anak kami 2 kali mengalami resusitasi jantung (jantung berhenti). Tapi kita berdoa, bersekutu dan YA Tuhan yang kita sembah itu BESAR dan AJAIB, disaat dokter2 terbaik berkata :" anakmu sudah tidak ada harapan hidup, sekalipun hidup otaknya bisa cacat". Tapi Tuhan berkata lain, anak kami sehat pintar dan sangat aktif. ITULAH Besarnya Allah kita.
Saya bekerja jauh dari keluarga,tapi saya serahkan semuanya pada TanganNya yang hidup.

Saya bekerja di perusahaan Minyak Gas international; Kellogg Brown and Root. Saat ini saya di tugaskan di Afghanistan, sudah banyak sekali serangan2 terorisme berusaha membunuh, menyabotase base kami, dari mortar, granat lempar, RPG (Rocket Propelled Grenade), tembakan jarak dekat AK 47, IED (Improvised Explosive Device). Tapi Tuhan selalu melindungi saya dan rekan2.

Tetaplah setia pada Tuhan.

Nasehat dari pengalaman pribadi:
Kasihlah apa yang sudah menjadi miliknya Tuhan, dalam hal ini perpuluhan.Supaya belalang pelahap dan rayap jauh daripadamu..TERBUKTI!!

Terima Kasih
Thomas Tarmuji

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur