Radio Saya 99 Koma Sekian FM

Saya punya hobi yang sampai saat ini tidak pernah saya lakukan lagi.Hobi yang paling saya sukai dan saya rindu untuk melakukannya lagi sekarang ini.Ada keinginan untuk mencoba, namun apa daya belum juga tercapai maksudnya.

Hobi saya adalah siaran, jadi pembawa acara di acara radio.Suara saya saat itu sangat dikenal dikalangan pecinta radio di kota saya, meskipun hanya amatiran, tapi saya puas sekali dalam menyampaikan sesuatu kepada pendengar – pendengar saya.Apalagi ketika ada teman-teman saya menanyakan, kok tadi nggak siaran? Wah, hati ini begitu tersentuh.Boleh dibilang mereka, pendengar radio saya, sangat merindukan suara saya menggema diruangan mereka.Bukan teman saja ternyata, juga orang-orang tua di sekitar tempat tinggal saya, mereka terhibur dengan radio saya, radio No Name 99 koma sekian FM.Mereka tertarik dengan acara yang saya buat, ada yang untuk kaum muda, dewasa, atau dewasa yang berjiwa muda, ada pop, keroncong,tapi tidak ada dangdut, karena saat itu belum marak musik-musik dangdut, yang lagi beken lagu-lagu pop alternative.Kadang kalau saya dijalan dan kebetulan bertemu dan kenal saya dan radio saya, mereka pasti mengingatkan, ntar sore siaran ya? Saya hanya mengangguk saja.

Dunia radio membuat saya benar-benar jatuh cinta.Dunia tanpa batas.Setiap orang bisa mendengarnya tanpa halangan, dan bagi saya meskipun harus begadang, bukan hal yang memberatkan, tapi hal yang sangat menyenangkan, karena saya puas, dan ketika radio-radio swasta resmi berhenti siaran, saya semakin semangat, bahkan dari survey pribadi saya, ketika saya putar satu kaset lagu hits nonstop, jam dua dini hari saya keluar ke jalan mencari kopi susu, diwarung –warung sepanjang jalan protokol kota saya, saya mendengar mereka memutar radio saya.Saya diam dan terharu.Terselip senyuman, bangga bisa menghibur orang lain.
Saya tersenyum sendirian saat ini, ketika saya mengingat semua itu.Saat ini saya sudah berubah, menjadi seorang bapak, kepala rumah tangga, namun keinginan itu masih tersimpan dalam benak dan pikiran saya.Saya tidak ingin membuangnya dari hati saya.Apalagi saat ini saya mempuyai komitmen melayani sesama dengan menebarkan kasih Kristus, yang merupakan panggilan hati saya yang terdalam.

Tiba-tiba saya terhenyak, termenung sesaat, berusaha berbicara denganNya, Tuhan, mungkin jika siaran Tuhan yang otomatis duapuluh empat jam sejenak kita dengarkan, ada sesuatu yang lain menghiasi ruang hati kita.Tuhan pun akan tersenyum ketika melihat kita mendengarkan siaran Tuhan dengan penuh kehidmatan.Tuhan bangga dan puas, bisa memberikan sebuah rona kehidupan baru bagi umatNya. Dan bagi kita yang telah mendengarkan alunan firman dariNya terhibur dan bersukacita, serasa diingatkan dan dikuatkan kembali untuk tetap setia menyimak siaran Tuhan.

Tuhan memberikan sebuah penawaran firman untuk kita lakukan secara nyata dalam setiap sisi kehidupan kita yang menjadi obat kerinduan kita pada Sang Juru Selamat.
Sama seperti kesan pendengar, yang senantiasa rindu disapa oleh sang penyiar, ada perasaan tersanjung, merasa tidak dilupakan.
Saya jadi sadar, bahwa tujuan saya menyenangkan orang lain bukan semata-mata saya mampu melakukannya, namun ternyata ada kekuatan Roh Kudus yang menggerakkan semua itu.Saya tidak akan mampu untuk membahagiakan semua orang, hanya Sang Pencipta yang mampu melakukan, namun dalam hati saya yang terdalam saya mempunyai keyakinan bahwa partisipasi saya dalam mengabarkan kabar baik membuat suasana di sekitar saya menjadi semakin indah dan menggugah semangat saya serta membangunkan talenta saya yang terpendam.

Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam! ( Kisah Para Rasul 18 : 9 )

Sapat, Juli 2007

0 komentar:

 
Copyright © Jejak Berirama Blogger Theme by BloggerThemes & newwpthemes Sponsored by Internet Entrepreneur